HUBUNGAN BILATERAL AMERIKA SERIKAT DAN REPUBLIK RAKYAT CHINA PASCA PERGOLAKAN TIBET 10 MARET 2008
MAKALAH
POLITIK
LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT
BAB I
P E N D A H U L U A N
A. Latar Belakang
Pergolakan politik kembali terjadi. Kali ini terjadi di wilayah Tibet,
sebuah wilayah yang berada di bawah kekuasaan China. Dimana China sekarang
sedang tumbuh sebagai kekuatan baru di Asia. Banyak yang memprediksi, China akan menjadi pesaing
kuat Amerika sebagai Negara adidaya atau super
power.[1]
Setelah pergolakan berupa Pemberontakan Tibet tahun 1959 dilupakan,
pergolakan Tibet yang dimulai pada 10 Maret 2008 merupakan babak baru dalam
sejarah pergolakan di Tibet. Upaya untuk mewujudkan Tibet merdeka dari China
pun ramai Ini merupakan fakta sejarah bahwa Tibet bukan hanya mempunyai sejarah
keunikan peradaban yang arif, tetapi juga diwarnai dengan berbagai macam pergolakan
politik yang berdarah-darah.[2]
Pergolakan Tibet yang merupakan bagian dari China secara otomatis mengusik
kekuatan China. Terlalu sulit dipahami jika Tibet yang hampir setengah abad
tidak mengalami pergolakan, tiba-tiba tahun 2008 pergolakan muncul kembali
tanpa ada intervensi dari kekuatan luar yang besar. Amerika Serikat (AS) lah,
negara yang mempunyai kekuatan besar yang bisa mengintervensi Tibet untuk
melakukan pergolakan.
B. Rumusan Masalah
Sebagai dua kekuatan besar di dunia saat ini, AS dan China mempunyai peran
yang sangat besar dalam menjaga stabilitas ekonomi dan politik Internasional.
Jika dua negara tersebut berseteru, dampaknya akan meluas ke negara-negara
seluruh dunia. Pertanyaanya, bagaimana dampak dari pergolakan yang terjadi di
Tibet pada tahun 2008 terhadap hubungan Amerika Serikat dan China?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tibet
Tibet merupakan nama yang
tidak asing bagi kebanyakan orang, tapi sebagian besar tidak mengetahui
begaimana mendeskripsikannya secara gamblang
(Red: jelas dan nyata). Tibet
diidentikkan dengan kebesaran kerajaan Mongol dan Dalai Lama, tokoh spiritual
yang dianugerahi Nobel Perdamaian
pada 1989.[3]
![]() |
Letak Tibet |
Tibet kaya akan sumber daya mineral, namun hanya
sedikit yang telah dimanfaatkan hal itu dikarenakan oleh beberapa sebab yaitu
tidak terjangkaunya lokasi sumber mineral tersebut, kurangnya kapasitas
industri, dan masyarakat Tibet takut akan peringatan Buddha yang mengatakan
jika mengganggu bumi maka makhluk hidup itu sendiri yang akan rugi.[6]
Di Tibet seorang dalai lama adalah tokoh spiritual yang memiliki
kekuasaan tertinggi di Tibet. Dalai artinya lautan dalam bahasa mongol, dan
Lama adalah bahasa Tibet yang artinya guru. Masyarakat Tibet atau biasa di sebut
Tibetan banyak yang memakai dan memahami bahasa mongol karena Tibet pernah
dikuasai oleh kekaisaran Mongol. Pada masa pendudukan kekaisaran Mongol Lama di
Tibet di anugrahi kewenangan politik bagi masyarakat Tibet.[7]
B.
Pergolakan
di Tibet
Aksi protes anti-China yang terjadi
di Ibu Kota Tibet, Lhasa, pada 10 Maret 2008 lalu begitu mengundang perhatian
banyak orang di segala penjuru dunia. Bagi pemerintah China sendiri, kejadian
di Tibet tersebut adalah persoalan domestik. Kebetulan Cina akan menjadi tuan
rumah pesta olah raga dunia di Beijing atau yang dikenal dengan Olimpiade
Beijing pada Agustus 2008 mendatang tentu mendapat tantangan tersendiri. Tak heran, untuk melenyapkan
unjukrasa anti-China itu, pemerintah China akhirnya melakukan berbagai cara,
termasuk melakukan tindak kekerasan.[8]
Kebijakan memberlakukan tindakan
represif dan tak kenal prikemanusiaan dari aparat keamanan China dalam mengatasi kerusuhan
itulah yang dipegang teguh dunia sebagai alasan untuk melakukan protes keras
terhadap China. Tekanan keras dari masyarakat internasional atas kekerasan dan
penutupan akses ke Tibet terus mendapat kecaman di mata dunia.
Merasa mendapat kecaman masyarakat
internasional, pemerintah China menuduh Dalai Lama yang merupakan pemimpin
pemerintahan Tibet yang masih berada di pengasingan sebagai tokoh di balik
munculnya aksi protes anti-China itu.
Selain itu, ada kekuatan lain yang diduga membantu Dalai Lama dalam pergolakan
tersebut.
Setelah diusut
lebih mendalam, tenyata memang jelas ada keterlibatan Amerika Serikat lewat CIA
dan media korporatifnya yang turut andil dan bermain di balik membaranya Tibet
mulai dari setengah abad yang lalu hingga bergolaknya kembali Tibet pada
beberapa waktu lalu. Pada tragedi baru-baru ini jelas
bahwa intrik politik Amerika Serikat dan Barat iri dengan China, sehingga ingin
mempermalukan China melalu kasus Tibet di tengah perhelatan Olimpiade Beijing
2008.[9]
Mengingat naiknya China sebagai
raksasa baru ekonomi dari kawasan Asia tentu merupakan ancaman baru terhadap
hegemoni Amerika Serikat di wilayah ini. Karenanya, masalah Tibet tidak lepas
dari pengaruh wilayah China. Amerika Serikat sejak awal tidak henti-hentinya
membantu perjuangan rakyat Tibet untuk melepaskan diri dari China. Mungkin
kalau Tibet merdeka, Amerika Serikat akan dapat masuk ke wilayah itu untuk memanfaatkan
kekayaan sumber daya alamnya. Karena memang Tibet ditaksir tengah menyimpan
jutaan mineral dan minyak seharga jutaan atau bahkan miliaran dolar.
Dengan mengkaitkan peringatan Hari
Perlawanan Tibet terhadap invasi China pada tanggal 10 Maret 1959, aksi
damai para biksu pada 10 Maret 2008 berubah menjadi gejolak baru karena
pemerintah China secara spontan bereaksi keras dan membabi buta. Dengan wacana
bahwa Tibet akan mengusung kembali untuk memerdekakan diri dan melepaskan
diri dari China. Tidakkah pergolakan itu tentunya merupakan bagian
dari sejarah dunia atau tepatnya telah dirancang sedemikian rupa oleh
aktor-aktor global dengan tujuan menciptakan dinamika politik yang nantinya
diharapkan menguntungkan bagi mereka yang menciptakan skenario ini.
BAB III
DAMPAK PERGOLAKAN TIBET TERHADAP
HUBUNGAN CHINA DENGAN AMERIKA SERIKAT
A. Bidang Ekonomi
Hubungan bilateral
antara China dan AS
merupakan hal penting seperti kerjasama bidang ekonomi
dan politik. Pada masa pemerintahan George W. Bush ini menunjukkan peningkatan hubungan dengan China, meregularisasi kontrak bilateral
dan kerjasama, sekaligus
meminimalkan perbedaan.
Intervensi AS dalam pergolakan di Tibet
tahun 2008 membuat China bereaksi. Namun, di sisi lain, hubungan bilateral
keduanya dalam bidang ekonomi tetap terus berjalan aktif dan mengalami
perkembangan. Terbukti dengan terus diadakannya Startegic Economic Dialogue
(SED), yang merupakan salah satu agenda turunan dari Kongres tahunan mereka.
Dalam pertemuan yang berlangsung, kedua negara bersepakat untuk terus menjalin
kerja sama dalam menjaga stabilitas ekonomi dunia, khususnya ekonomi kedua
negara. Tujuan dari SED ini adalah untuk memajukan hubungan
ekonomi AS-China dan mendorong transisi lanjutan ekonomi China dengan sebuah
keterlibatan global bertanggung jawab.
China dan AS memiliki kepentingan nasionalnya yang
sama, yaitu mensejahterakan kehidupan masyarakat, tapi keduanya menerapkan
sistem atau jalan yang berbeda dalam pencapaiannya. China memakai sistem
sosialis, di mana pemerintah memberikan fasilitas untuk kemajuan ekonomi
bersama kepada rakyatnya, tapi negara memiliki kontrol penuh atas kebebasan
individu rakyatnya, kepemilikan atas barang-barang berharga dan sumberdaya
alam, semuanya adalah hak negara. Sementara AS, menerapkan sistem liberal dan
privatisasi individu, di mana persaingan ekonomi tanpa campur tangan negara.
Hubungan AS-China dipaparkan berjalan mulus dalam
Laporan Kongres ke-110. Para pejabat AS juga terus mengadakan serangkaian
dialog senior yang reguler diadakan oleh Gedung Putih, seperti SED. Beijing
juga diposisikan untuk memainkan peran potensial penting dalam upaya untuk
menyelesaikan krisis keuangan global yang dikembangkan akhir tahun 2008, dengan
bank sentral China pembeli utama utang AS. China adalah pemegang terbesar kedua
sekuritas AS dan pemegang terbesar obligasi AS digunakan untuk membiayai
defisit anggaran federal.
SED telah melalui putaran kelima selama Kongres
ke-110: di Washington pada tanggal 22-23 Mei 2007, di Beijing pada tanggal
11-13 Desember 2007, di Annapolis pada tanggal 16-18 Juni 2008, dan di Beijing
pada tanggal 4-5 Desember, 2008. Menteri Keuangan AS Henry Paulson adalah tuan
rumah AS untuk semua putaran. Untuk China, Wakil Perdana Menteri Wu Yi menjadi
tuan rumah putaran kedua dan ketiga dan Wakil Perdana Menteri Wang Qishan tuan
rumah putaran keempat dan kelima. Proses SED selama Kongres ke-110 membicarakan
beberapa perjanjian bilateral dan pemahaman, dan cenderung untuk tujuan
membangun dan memperluas kemajuan masa lalu pada pertemuan mendatang. Beberapa
prestasi meliputi[10]:
a.
Meningkatkan akses pasar bagi AS di
China, termasuk untuk produk AS dan industri jasa keuangan, bekerja sama pada
pengembangan batubara bersih baru teknologi, dan memperkuat kerjasama hak atas
kekayaan intelektual (Mei 2007)
b.
Meningkatkan kerjasama keamanan produk,
termasuk obat, makanan, bahan kimia, dan produk konsumen; komitmen pada
reformasi keuangan lebih lanjut; dan diskusi tentang energi dan kerja sama
lingkungan; kemajuan perjanjian investasi bilateral, dan mempromosikan
transparansi dalam aturan keputusan administratif (Desember 2007)
c.
Persetujuan Ten-Year Energy and Environment Cooperation Framework, termasuk
pembentukan komite pengarah untuk panduan kerjasama (Juni 2008)
d.
Pembahasan strategi untuk mengelola
risiko ekonomi makro dan mengatasi krisis keuangan global (Desember 2008)
Jika melihat hasil SED pada Juni dan Desember 2008, pasca terjadinya pemberontahan dan
pelanggaran HAM di Tibet. Baik China maupun AS
tetap berkomitmen
untuk menguatkan dan menyelesaikan masalah ekonomi yang dihadapi kedua negara,
baik masalah ekonomi domestik maupun masalah ekonomi global.
B. Bidang
Politik
Berbagai
bentuk kebijakan AS yang dibuat untuk menanggapi kasus HAM Tibet, secara khusus
berdampak terhadap kondisi hubungan bilateral kedua negara. Pentingnya China dalam ekonomi global, keamanan, lingkungan, dan hal-hal lainnya telah berkembang, baik Pemerintahan
Bush dan Obama bertujuan untuk menjalin kerjasama bilateral di berbagai bidang, sementara AS
sangat tidak
setuju dengan Beijing pada banyak isu-isu HAM.[11]
![]() |
Boikot Olimpiade Beijing 2008 |
AS tidak dapat serta
merta mengakhiri hubungan bilateralnya dengan China akibat dari konflik
ideologi yang mereka miliki atas HAM. AS mengakui kepentingannya atas
keberadaan China dalam interaksi dan dinamika internasional. Misalnya saja, hak
veto yang dimiliki China di PBB.
Jadi,
secara politik, hubungan bilateral AS dan China terus berusaha diupayakan untuk
berjalan sesuai kesepakatan yang telah mereka putuskan. Terbukti dengan tetap
ada inisiasi dan respon positif kedua negara untuk terus melanjutkan pertemuan
dan kongres khusus yang membahas hubungan kedua negara secara bilateral dengan
lebih terbuka.
BAB IV
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Sebagai
negeri di balik salju atau dikenal pula sebagai negeri atap dunia itu, Tibet
memang banyak menyimpang segudang misteri yang masih tidak terjamah oleh kasat
pengamatan banyak orang sekarang ini. Tidak dapat dipungkiri pula bahwa Dalai
Lama dikenal sangat dekat dengan Amerika Serikat bahkan beberapa kali sempat
bertemu dengan Bush. Sosok pemimpin spiritual Tibet yang dianggap suci yang
ternyata juga menyimpan banyak hal di kaki-kaki Istana Potala yang megah itu.
Aksi protes anti-China yang terjadi
di Ibu Kota Tibet, Lhasa, pada 10 Maret 2008 lalu begitu mengundang perhatian
banyak orang di segala penjuru dunia. Kebijakan memberlakukan tindakan represif China dalam mengatasi
kerusuhan itulah yang dipegang teguh dunia sebagai alasan untuk melakukan
protes keras terhadap China terutama
Amerika Serikat. Setelah diusut lebih mendalam, tenyata
memang jelas ada keterlibatan Amerika Serikat lewat CIA dan media korporatifnya
yang turut andil dan bermain di balik membaranya Tibet.
Menganalisa
dampak yang ditimbulkan dari intervensi AS terhadap pelanggaran HAM di China,
dari segi ekonomi dan politik, tidak begitu mempengaruhi stabilitas hubungan
bilateral kedua negara. Sejak diresmikannya hubungan
diplomatik mereka, 1 Januari 1979, hubungan tersebut justru memperlihatkan
kemajuan.
Bagi kedua negara, kerjasama dalam HAM merupakan
masalah penting untuk diperhatikan, namun kepentingan dalam kerjasama politik,
ekonomi, dan pertahanan keamanan masih lebih diutamakan.
B. Daftar Pustaka
Hastuti, Maya. Opsi Jalan Tengah
Dalai Lama dalam Penyelesaian Konflik China Tibet
Id.wikipedia.org/wiki/Portal:Tibet
Joint U.S – China Fact Sheet sebagai
Laporan SED ke 5. Desember 2008. U.S. Treasury Department. Diunduh dari http://www.treasury.gov/initiatives/Pages/2008-dec.aspx
yang dikutip dalam repository.unhas.ac.id diakses 12 Mei 2014
MacAskill, Ewen and Tania Branigan. 2009 “Obama Presses Hu
Jintao on Human Rights During White House Welcome,” Guardian.co.uk,
19 Januari 2011; Helene Cooper and Mark
Landler, “Obama Pushes Hu on Rights but Stresses Ties to China,” New York
Times. dalam Ibid., dikutip dari repository.unhas.ac.id diakses 12 Mei 2014
Soyomukti, Nurani. 2009. Revolusi Tibet : Fakta, Intrik, Politik Kepentigan Tibet –
China – Amerika Serikat. Jogjakarta: Garasi.
Zazuli, Mohammad. 60 Tokoh Dunia Sepanjang Masa. Penerbit
Narasi. Yogyakarta.
[2] Nurani Soyomukti. 2009. Revolusi Tibet : Fakta,
Intrik, Politik Kepentigan Tibet – China – Amerika Serikat. Jogjakarta: Garasi. hal. 14
[4] id.wikipedia.org/wiki/Portal:Tibet
[5] Nurani Soyomukti.2008. Revolusi
Tibet : Fakta, Intrik, dan Politik Kepentingan Tibet‐China‐Amerika Serikat.
Jogjakarta : Garasi, hal 9‐10
[9] Nurani
Soyomukti.2008. Revolusi Tibet : Fakta, Intrik, dan Politik Kepentingan
Tibet‐China‐Amerika Serikat. Jogjakarta : Garasi,
hal 105-122
[10] Joint U.S – China Fact Sheet
sebagai Laporan SED ke 5. Desember 2008. U.S. Treasury Department. Diunduh
dari
http://www.treasury.gov/initiatives/Pages/2008-dec.aspx yang dikutip
dalam repository.unhas.ac.id
[11] Ewen MacAskill and Tania Branigan. 2009
“Obama Presses Hu Jintao on Human Rights During White House Welcome,” Guardian.co.uk,
19 Januari 2011; Helene Cooper and Mark
Landler, “Obama Pushes Hu on Rights but Stresses Ties to China,” New York
Times. dalam Ibid., dikutip dari repository.unhas.ac.id
[12] Nurani
Soyomukti.2008. Revolusi Tibet : Fakta, Intrik, dan Politik Kepentingan
Tibet‐China‐Amerika Serikat. Jogjakarta : Garasi,
hal 120
Terima kasih atas komentar anda.