SNMPTN lolos Alhamdulillah, tak lolos wa Syukurillah

2:08 AM 0 Comments A+ a-



Welcome, Ahlan wa sahlan, Merhaban, Dobro došle, Welkom, Welkumme, Irashaimasu, Huan ying, Hos bulduk.

Selamat datang teruntuk adik-adikku yang diterima di kampus pilihan melalui jalur SNMPTN. Walaupun terkadang pilihan bukan idaman, bukan masuk pilihan pertama tapi malah pilihan ke-2 atau bahkan ke-3. Bagi yang belum lihat pengumuman, bisa cek di sini atau di sini.

Terlepas dari idaman atau setengah idaman, mari bersyukur. Syukuri atas nikmat yang diberikan Allah. Coba liat, berapa persen dari pemuda Indonesia yang diberi kesempatan untuk menikmati manis pahitnya dunia kampus. Dari sekian juta penduduk Indonesia, kalian ibarat golongan elit. Beruntung bukan? Cek di sini.

Bagi kalian yang lolos SNMPTN, segera cari informasi tentang alur verifikasi dan registrasi di masing-masing Perguruan Tinggi Negri (PTN). Mungkin setiap PTN menerapkan alur, aturan, dan persyaratan yang berbeda. Makanya harus jeli dan teliti. Informasi bisa dilihat di web masing-masing PTN. Kalau Undip tinggal lihat di www.undip.ac.id atau langsung ke laman registrasi online.

Bagi kalian yang belum lolos SNMPTN (dengan berbagai alasan, belum beruntung lah, akreditasi sekolah rendah lah, kurang berdoa lah, dapat kutukan lah, salah makan lah, dukun tidak sakti lah, mimpi buruk lah, salah milih jurusan yang saingan ketat lah, dan lah lah yang lain) jangan kecil hati. Masih banyak kesempatan yang lain. Masih ada SBMPTN dan ujian mandiri bagi yang menginginkan masuk PTN dibawah Kemendikbud, serta SPAN-PTAIN dan UM-PTAIN bagi yang ingin masuk PTN dibawah Kemenag.

Ayo bagi kalian yang masih semangat tuk gapai cita-cita melalui bangku kuliah, segera daftar jalur berikutnya sampai darah penghabisan kayak perang puputan (Lebay mamen).

Apapun hasilnya, marilah tetap bersyukur atas takdir Allah. Terkadang, apa yang kita inginkan tidak baik bagi kita. Namun yang tidak kita inginkan, justru bagi kita. Keep positive thinking to Allah. Allah akan sesuai dengan prasangka kita.

Terima kasih, zei-zei, syukron, gracias, arigato, thanks. :-)

SNMPTN Gagal, SBMPTN Jalan Berikutnya

10:34 PM 0 Comments A+ a-

Pengumuman SNMPTN tinggal menunggu hitungan jam. Bagi yang tidak lolos SNMPTN jangan putus asa dulu. Masih ada alternatif yang lain, SBMPTN. Nah bener itu SBMPTN. Ibarat pepatah "Banyak jalan menuju Roma", kuliah pun demikian, bukan berarti gagal di SNMPTN gagal juga masuk Universitas Idaman.

Bagi kalian calon mahasiswa yang ingin mendaftar SBMPTN dan memilih jurusan di Universitas Diponegoro Semarang, jangan lupa cek kuota 2014 dan peminat tahun 2013. Dengan mengetahui perbandingan itu, diharap kita tidak salah memilih jurusan yang tidak sesuai dengan kemampuan kita.

Selamat mendaftar, dan yakinlah "KAMU PASTI SUKSES"

Formulir Pendaftaran Calon Santri Baru Pesantren Mahasiswa Al-Fattah

3:11 PM 0 Comments A+ a-

Silahkan isi formulir pendaftaran disini
---

PERHATIAN: link form diupdate tiap tahun. Silakan update.

HUBUNGAN BILATERAL AMERIKA SERIKAT DAN REPUBLIK RAKYAT CHINA PASCA PERGOLAKAN TIBET 10 MARET 2008

2:26 AM 0 Comments A+ a-


MAKALAH  
POLITIK LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT

BAB  I

P E N D A H U L U A N

A.        Latar Belakang

Pergolakan politik kembali terjadi. Kali ini terjadi di wilayah Tibet, sebuah wilayah yang berada di bawah kekuasaan China. Dimana China sekarang sedang tumbuh sebagai kekuatan baru di Asia. Banyak yang memprediksi, China akan menjadi pesaing kuat Amerika sebagai Negara adidaya atau super power.[1]

Setelah pergolakan berupa Pemberontakan Tibet tahun 1959 dilupakan, pergolakan Tibet yang dimulai pada 10 Maret 2008 merupakan babak baru dalam sejarah pergolakan di Tibet. Upaya untuk mewujudkan Tibet merdeka dari China pun ramai Ini merupakan fakta sejarah bahwa Tibet bukan hanya mempunyai sejarah keunikan peradaban yang arif, tetapi juga diwarnai dengan berbagai macam pergolakan politik yang berdarah-darah.[2]

Pergolakan Tibet yang merupakan bagian dari China secara otomatis mengusik kekuatan China. Terlalu sulit dipahami jika Tibet yang hampir setengah abad tidak mengalami pergolakan, tiba-tiba tahun 2008 pergolakan muncul kembali tanpa ada intervensi dari kekuatan luar yang besar. Amerika Serikat (AS) lah, negara yang mempunyai kekuatan besar yang bisa mengintervensi Tibet untuk melakukan pergolakan.

B.        Rumusan Masalah
Sebagai dua kekuatan besar di dunia saat ini, AS dan China mempunyai peran yang sangat besar dalam menjaga stabilitas ekonomi dan politik Internasional. Jika dua negara tersebut berseteru, dampaknya akan meluas ke negara-negara seluruh dunia. Pertanyaanya, bagaimana dampak dari pergolakan yang terjadi di Tibet pada tahun 2008 terhadap hubungan Amerika Serikat dan China?


BAB  II
PEMBAHASAN
A.    Tibet
Tibet merupakan nama yang tidak asing bagi kebanyakan orang, tapi sebagian besar tidak mengetahui begaimana mendeskripsikannya secara gamblang (Red: jelas dan nyata). Tibet diidentikkan dengan kebesaran kerajaan Mongol dan Dalai Lama, tokoh spiritual yang dianugerahi Nobel Perdamaian pada 1989.[3]
Letak Tibet
Tibet adalah sebuah dataran tinggi di Asia Tengah dan merupakan tempat suku asli bangsa Tibet.[4] Ibukota Tibet adalah Lhasa yang terletak di provinsi Kham. Lhasa terletak di pegunungan Himalaya yang memiliki ketinggian 4000 meter di atas permukaan laut, sehingga inilah yang membuat Tibet dijuluki “Negeri Atap Dunia”. Tibet memiliki keindahan dan kesakralan alam yang membuat wisatawan tertarik untuk mengunjungi Tibet.[5]
Tibet kaya akan sumber daya mineral, namun hanya sedikit yang telah dimanfaatkan hal itu dikarenakan oleh beberapa sebab yaitu tidak terjangkaunya lokasi sumber mineral tersebut, kurangnya kapasitas industri, dan masyarakat Tibet takut akan peringatan Buddha yang mengatakan jika mengganggu bumi maka makhluk hidup itu sendiri yang akan rugi.[6]
Di Tibet seorang dalai lama adalah tokoh spiritual yang memiliki kekuasaan tertinggi di Tibet. Dalai artinya lautan dalam bahasa mongol, dan Lama adalah bahasa Tibet yang artinya guru. Masyarakat Tibet atau biasa di sebut Tibetan banyak yang memakai dan memahami bahasa mongol karena Tibet pernah dikuasai oleh kekaisaran Mongol. Pada masa pendudukan kekaisaran Mongol Lama di Tibet di anugrahi kewenangan politik bagi masyarakat Tibet.[7]
B.                 Pergolakan di Tibet
Aksi protes anti-China yang terjadi di Ibu Kota Tibet, Lhasa, pada 10 Maret 2008 lalu begitu mengundang perhatian banyak orang di segala penjuru dunia. Bagi pemerintah China sendiri, kejadian di Tibet tersebut adalah persoalan domestik. Kebetulan Cina akan menjadi tuan rumah pesta olah raga dunia di Beijing atau yang dikenal dengan Olimpiade Beijing pada Agustus 2008 mendatang tentu mendapat tantangan tersendiri. Tak heran, untuk melenyapkan unjukrasa anti-China itu, pemerintah China akhirnya melakukan berbagai cara, termasuk melakukan tindak kekerasan.[8]
Kebijakan memberlakukan tindakan represif dan tak kenal prikemanusiaan dari aparat keamanan China dalam mengatasi kerusuhan itulah yang dipegang teguh dunia sebagai alasan untuk melakukan protes keras terhadap China. Tekanan keras dari masyarakat internasional atas kekerasan dan penutupan akses ke Tibet terus mendapat kecaman di mata dunia.
Merasa mendapat kecaman masyarakat internasional, pemerintah China menuduh Dalai Lama yang merupakan pemimpin pemerintahan Tibet yang masih berada di pengasingan sebagai tokoh di balik munculnya aksi protes anti-China itu. Selain itu, ada kekuatan lain yang diduga membantu Dalai Lama dalam pergolakan tersebut.
Setelah diusut lebih mendalam, tenyata memang jelas ada keterlibatan Amerika Serikat lewat CIA dan media korporatifnya yang turut andil dan bermain di balik membaranya Tibet mulai dari setengah abad yang lalu hingga bergolaknya kembali Tibet pada beberapa waktu lalu. Pada tragedi baru-baru ini jelas bahwa intrik politik Amerika Serikat dan Barat iri dengan China, sehingga ingin mempermalukan China melalu kasus Tibet di tengah perhelatan Olimpiade Beijing 2008.[9]
Mengingat naiknya China sebagai raksasa baru ekonomi dari kawasan Asia tentu merupakan ancaman baru terhadap hegemoni Amerika Serikat di wilayah ini. Karenanya, masalah Tibet tidak lepas dari pengaruh wilayah China. Amerika Serikat sejak awal tidak henti-hentinya membantu perjuangan rakyat Tibet untuk melepaskan diri dari China. Mungkin kalau Tibet merdeka, Amerika Serikat akan dapat masuk ke wilayah itu untuk memanfaatkan kekayaan sumber daya alamnya. Karena memang Tibet ditaksir tengah menyimpan jutaan mineral dan minyak seharga jutaan atau bahkan miliaran dolar.
Dengan mengkaitkan peringatan Hari Perlawanan Tibet terhadap invasi China pada tanggal 10 Maret 1959,  aksi damai para biksu pada 10 Maret 2008 berubah menjadi gejolak baru karena pemerintah China secara spontan bereaksi keras dan membabi buta. Dengan wacana bahwa Tibet  akan mengusung kembali untuk memerdekakan diri dan melepaskan diri dari China. Tidakkah pergolakan itu tentunya merupakan bagian dari sejarah dunia atau tepatnya telah dirancang sedemikian rupa oleh aktor-aktor global dengan tujuan menciptakan dinamika politik yang nantinya diharapkan menguntungkan bagi mereka yang menciptakan skenario ini.

BAB III
DAMPAK PERGOLAKAN TIBET TERHADAP HUBUNGAN CHINA DENGAN AMERIKA SERIKAT
A.    Bidang Ekonomi
Hubungan bilateral antara China dan AS merupakan hal penting seperti kerjasama bidang ekonomi dan politik. Pada masa pemerintahan George W. Bush ini menunjukkan peningkatan hubungan dengan China, meregularisasi kontrak bilateral dan kerjasama, sekaligus meminimalkan perbedaan.
Intervensi AS dalam pergolakan di Tibet tahun 2008 membuat China bereaksi. Namun, di sisi lain, hubungan bilateral keduanya dalam bidang ekonomi tetap terus berjalan aktif dan mengalami perkembangan. Terbukti dengan terus diadakannya Startegic Economic Dialogue (SED), yang merupakan salah satu agenda turunan dari Kongres tahunan mereka. Dalam pertemuan yang berlangsung, kedua negara bersepakat untuk terus menjalin kerja sama dalam menjaga stabilitas ekonomi dunia, khususnya ekonomi kedua negara. Tujuan dari SED ini adalah untuk memajukan hubungan ekonomi AS-China dan mendorong transisi lanjutan ekonomi China dengan sebuah keterlibatan global bertanggung jawab.
China dan AS memiliki kepentingan nasionalnya yang sama, yaitu mensejahterakan kehidupan masyarakat, tapi keduanya menerapkan sistem atau jalan yang berbeda dalam pencapaiannya. China memakai sistem sosialis, di mana pemerintah memberikan fasilitas untuk kemajuan ekonomi bersama kepada rakyatnya, tapi negara memiliki kontrol penuh atas kebebasan individu rakyatnya, kepemilikan atas barang-barang berharga dan sumberdaya alam, semuanya adalah hak negara. Sementara AS, menerapkan sistem liberal dan privatisasi individu, di mana persaingan ekonomi tanpa campur tangan negara.
Hubungan AS-China dipaparkan berjalan mulus dalam Laporan Kongres ke-110. Para pejabat AS juga terus mengadakan serangkaian dialog senior yang reguler diadakan oleh Gedung Putih, seperti SED. Beijing juga diposisikan untuk memainkan peran potensial penting dalam upaya untuk menyelesaikan krisis keuangan global yang dikembangkan akhir tahun 2008, dengan bank sentral China pembeli utama utang AS. China adalah pemegang terbesar kedua sekuritas AS dan pemegang terbesar obligasi AS digunakan untuk membiayai defisit anggaran federal.
SED telah melalui putaran kelima selama Kongres ke-110: di Washington pada tanggal 22-23 Mei 2007, di Beijing pada tanggal 11-13 Desember 2007, di Annapolis pada tanggal 16-18 Juni 2008, dan di Beijing pada tanggal 4-5 Desember, 2008. Menteri Keuangan AS Henry Paulson adalah tuan rumah AS untuk semua putaran. Untuk China, Wakil Perdana Menteri Wu Yi menjadi tuan rumah putaran kedua dan ketiga dan Wakil Perdana Menteri Wang Qishan tuan rumah putaran keempat dan kelima. Proses SED selama Kongres ke-110 membicarakan beberapa perjanjian bilateral dan pemahaman, dan cenderung untuk tujuan membangun dan memperluas kemajuan masa lalu pada pertemuan mendatang. Beberapa prestasi meliputi[10]:
a.       Meningkatkan akses pasar bagi AS di China, termasuk untuk produk AS dan industri jasa keuangan, bekerja sama pada pengembangan batubara bersih baru teknologi, dan memperkuat kerjasama hak atas kekayaan intelektual (Mei 2007)
b.      Meningkatkan kerjasama keamanan produk, termasuk obat, makanan, bahan kimia, dan produk konsumen; komitmen pada reformasi keuangan lebih lanjut; dan diskusi tentang energi dan kerja sama lingkungan; kemajuan perjanjian investasi bilateral, dan mempromosikan transparansi dalam aturan keputusan administratif (Desember 2007)
c.       Persetujuan Ten-Year Energy and Environment Cooperation Framework, termasuk pembentukan komite pengarah untuk panduan kerjasama (Juni 2008)
d.      Pembahasan strategi untuk mengelola risiko ekonomi makro dan mengatasi krisis keuangan global (Desember 2008)
Jika melihat hasil SED pada Juni dan Desember 2008, pasca terjadinya pemberontahan dan pelanggaran HAM di Tibet. Baik China maupun AS tetap berkomitmen untuk menguatkan dan menyelesaikan masalah ekonomi yang dihadapi kedua negara, baik masalah ekonomi domestik maupun masalah ekonomi global.
B.     Bidang Politik
Berbagai bentuk kebijakan AS yang dibuat untuk menanggapi kasus HAM Tibet, secara khusus berdampak terhadap kondisi hubungan bilateral kedua negara. Pentingnya China dalam ekonomi global, keamanan, lingkungan, dan hal-hal lainnya telah berkembang, baik Pemerintahan Bush dan Obama bertujuan untuk menjalin kerjasama bilateral di berbagai bidang, sementara AS sangat tidak setuju dengan Beijing pada banyak isu-isu HAM.[11]
Boikot Olimpiade Beijing 2008
Pasca peristiwa pemberontakan Tibet 2008 dan apa yang telah dilakukan China untuk menghentikan pemberontakan tersebut, telah membuat AS memberikan berbagai respon negatif. Salah satunya adalah tindakan AS mempelopori pemboikotan Olimpiade Beijing 2008 yang dibantu aktivis HAM, Kongres, dan bahkan selebritis seperti Richard Gere.[12] Meskipun pada akhirnya Olimpiade tersebut tetap diselenggarakan, bahkan Presiden Bush tetap menghadiri upacara pembukaannya.
 AS tidak dapat serta merta mengakhiri hubungan bilateralnya dengan China akibat dari konflik ideologi yang mereka miliki atas HAM. AS mengakui kepentingannya atas keberadaan China dalam interaksi dan dinamika internasional. Misalnya saja, hak veto yang dimiliki China di PBB.
Jadi, secara politik, hubungan bilateral AS dan China terus berusaha diupayakan untuk berjalan sesuai kesepakatan yang telah mereka putuskan. Terbukti dengan tetap ada inisiasi dan respon positif kedua negara untuk terus melanjutkan pertemuan dan kongres khusus yang membahas hubungan kedua negara secara bilateral dengan lebih terbuka.

BAB  IV
P E N U T U P
A.    Kesimpulan
Sebagai negeri di balik salju atau dikenal pula sebagai negeri atap dunia itu, Tibet memang banyak menyimpang segudang misteri yang masih tidak terjamah oleh kasat pengamatan banyak orang sekarang ini. Tidak dapat dipungkiri pula bahwa Dalai Lama dikenal sangat dekat dengan Amerika Serikat bahkan beberapa kali sempat bertemu dengan Bush. Sosok pemimpin spiritual Tibet yang dianggap suci yang ternyata juga menyimpan banyak hal di kaki-kaki Istana Potala yang megah itu.
Aksi protes anti-China yang terjadi di Ibu Kota Tibet, Lhasa, pada 10 Maret 2008 lalu begitu mengundang perhatian banyak orang di segala penjuru dunia. Kebijakan memberlakukan tindakan represif China dalam mengatasi kerusuhan itulah yang dipegang teguh dunia sebagai alasan untuk melakukan protes keras terhadap China terutama Amerika Serikat. Setelah diusut lebih mendalam, tenyata memang jelas ada keterlibatan Amerika Serikat lewat CIA dan media korporatifnya yang turut andil dan bermain di balik membaranya Tibet.
Menganalisa dampak yang ditimbulkan dari intervensi AS terhadap pelanggaran HAM di China, dari segi ekonomi dan politik, tidak begitu mempengaruhi stabilitas hubungan bilateral kedua negara. Sejak diresmikannya hubungan diplomatik mereka, 1 Januari 1979, hubungan tersebut justru memperlihatkan kemajuan. Bagi kedua negara, kerjasama dalam HAM merupakan masalah penting untuk diperhatikan, namun kepentingan dalam kerjasama politik, ekonomi, dan pertahanan keamanan masih lebih diutamakan.

B.     Daftar Pustaka
Hastuti, Maya. Opsi Jalan Tengah Dalai Lama dalam Penyelesaian Konflik China Tibet
Id.wikipedia.org/wiki/Portal:Tibet
Joint U.S – China Fact Sheet sebagai Laporan SED ke 5. Desember 2008. U.S. Treasury Department. Diunduh dari http://www.treasury.gov/initiatives/Pages/2008-dec.aspx yang dikutip dalam repository.unhas.ac.id diakses 12 Mei 2014
MacAskill, Ewen and Tania Branigan. 2009 “Obama Presses Hu Jintao on Human Rights During White House Welcome,” Guardian.co.uk, 19  Januari 2011; Helene Cooper and Mark Landler, “Obama Pushes Hu on Rights but Stresses Ties to China,” New York Times. dalam Ibid., dikutip dari repository.unhas.ac.id diakses 12 Mei 2014
Soyomukti, Nurani. 2009. Revolusi Tibet : Fakta, Intrik, Politik Kepentigan Tibet – China – Amerika Serikat.  Jogjakarta: Garasi.
Zazuli, Mohammad. 60 Tokoh Dunia Sepanjang Masa. Penerbit Narasi. Yogyakarta.


[2] Nurani Soyomukti. 2009. Revolusi Tibet : Fakta, Intrik, Politik Kepentigan Tibet – China – Amerika Serikat.  Jogjakarta: Garasi. hal. 14
[3] Mohammad Zazuli. 60 Tokoh Dunia Sepanjang Masa. Penerbit Narasi. Yogyakarta. Hlm. 116
[4] id.wikipedia.org/wiki/Portal:Tibet
[5] Nurani Soyomukti.2008. Revolusi Tibet : Fakta, Intrik, dan Politik Kepentingan TibetChinaAmerika Serikat. Jogjakarta : Garasi, hal  910
[6] Maya Hastuti. Opsi Jalan Tengah Dalai Lama dalam Penyelesaian Konflik China Tibet

[7] Ibid.
[9] Nurani Soyomukti.2008. Revolusi Tibet : Fakta, Intrik, dan Politik Kepentingan TibetChinaAmerika Serikat. Jogjakarta : Garasi, hal  105-122
[10] Joint U.S – China Fact Sheet sebagai Laporan SED ke 5. Desember 2008. U.S. Treasury Department. Diunduh dari  http://www.treasury.gov/initiatives/Pages/2008-dec.aspx yang dikutip dalam repository.unhas.ac.id
[11] Ewen MacAskill and Tania Branigan. 2009 “Obama Presses Hu Jintao on Human Rights During White House Welcome,” Guardian.co.uk, 19  Januari 2011; Helene Cooper and Mark Landler, “Obama Pushes Hu on Rights but Stresses Ties to China,” New York Times. dalam Ibid., dikutip dari repository.unhas.ac.id
[12] Nurani Soyomukti.2008. Revolusi Tibet : Fakta, Intrik, dan Politik Kepentingan TibetChinaAmerika Serikat. Jogjakarta : Garasi, hal  120