Membidik Perdagangan Bebas dari Kaca Mata Petani Indonesia

7:41 AM 0 Comments A+ a-

Dalam tulisan tersebut, Gilpin mencoba menjelaskan tentang sistem perdagangan internasional yang bebas. Perdagangan Bebas adalah meniadakan campur tangan pemerintah dalam sistem perdagangan, dimana perdagangan (ekspor-impor) akan dilemparkan kepada pasar baik pasar regional seperti AFTA maupun pasar global (digencarkan oleh WTO).

Dengan adanya perdagangan bebas ini, pemerintah dituntut untuk menghilangkan hambatan-hambatan dalam perdagangan seperti tarif (pajak masuk, pajak keluar, pajak transit), kuota, bahkan subsidi baik subsidi ekpor maupun subsidi produksi. Namun, bagaimanapun juga, masing-masing negara pasti akan berusaha semaksimal mungkin untuk memproteksi pasar dalam negrinya karena memang itulah kepentingannya guna mensejahterakan rakyatnya. Secara logika, penerapan tarif/pajak dan subsidi produksi cukup efektif jika digunakan sebagai alat proteksi agar barang luar tidak masuk ke dalam negri. Dengan pajak masuk barang dari luar (barang impor) akan menjadi mahal, sedangkan subsidi produksi akan membuat harga barang produksi dalam negri menjadi murah sehingga dapat bersaing. Sedangkan subsidi ekspor akan membuat barang produksi dalam negri mampu bersaing di pasar internasional dengan harganya yang murah.

Tidak bisa dipungkiri, seperti yang diungkapkan Gilpin, kaum liberal bisa dianggap telah menang dalam membangun rezim ekonomi internasional saat ini. Negara berbondong-bondong bergabung dengan WTO, dimana WTO merupakan salah satu produk dari Kapitalisme. Kapitalisasi, Liberalisasi dan globalisasi merupakan konsep yang ditawarkan oleh Amerika Serikat usai Perang Dingin.

Sebenarnya, perdagangan bebas mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dengan adanya penghapusan berbagai hambatan perdagangan antarnegara, terdapat peluang yang besar guna ekspansi produk dalam negri ke luar negri. Namun, seiring dengan itu, muncul juga ancaman akan adanya produk luar negri yang membanjiri pasar dalam negri jika produk dalam negri kalah bersaing.

Dalam paper ini saya akan mencoba memberikan contoh fenomena yang terjadi akibat liberalisasi perdagangan ini. Tahun 1994, Indonesia meratifikasi pembentukan WTO. Dengan ratifikasi ini, Indonesia memiliki kewajiban untuk memenuhi semua perjanjian yang terkandung di dalamnya, termasuk Perjanjian Pertanian (Agreement on Agriculture = AoA) yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen WTO. Dalam AoA WTO terdapat tiga pilar utama, yaitu: Akses pasar, Subsidi domestik, dan Subsidi ekspor.

Dengan adanya kewajiban untuk mematuhi kesepakatan AoA-WTO tahun 2012 tersebut, Indonesia harus membuka pasar pertaniannya secara luas tanpa hambatan. Ini sungguh ironi. Negara yang mayoritas (68%) penduduknya menggantungkan diri pada sektor pertanian dengan begitu saja membiarkan komoditas pertanian diliberalisasi. Sejak diberlakukannya kesepakatan tersebut, Indonesia mengalami peningkatan impor pangan. Tingkat ketergantungan impor pangan meningkat dua kali lipat, yaitu beras sebesar 10 persen, jagung 20 persen, kedelai 55 persen dan gula 50 persen. Dengan demikian, peningkatan impor pangan yang dilakukan sejak tahun 1998 telah meningkatkan jumlah petani dalam negri kehilangan pekerjaan dan menjadi miskin karena produk pertanian kalah bersaing dengan luar.

Padahal pertanian merupakan pilar utama ketahanan pangan suatu negara dan ketahanan pangan merupakan hal vital dalam ketahanan nasional. Bayangkan jika Indonesia ketahanan pangannya tergantung sama negara lain. Suatu saat jika negara lain tersebut melakukan embargo pangan terhadap Indonesia, apa yang akan kita lakukan?. Negara akan lumpuh karena tidak bisa mencukupi kebutuhan vital yakni pangan. Negara sekaya apapun jika ketahanan pangannya tidak kuat, akan mudah dilumpuhkan. Negara sekelas Jepang dan Korea Selatan saja yang notabene tidak mempunyai lahan pertanian luas pun memiliki ketahanan pangan yang kuat, sungguh ironis jika Indonesia yang dianggap “tanah surga” dimana tanahnya yang subur dan bisa ditanamai berbagai jenis tanaman malahan ketergantungan dengan negara lain.

Singkat saya, memang, perdagangan bebas membawa kebaikan bagi kemakmuran global saat ini. Namun, keuntungan tersebut lebih banyak dinikmati oleh negara-negara yang mempunyai kapital (modal) besar. Negara Besar dapat mendirikan perusahaan-perusahaan yang mampu mengelola barang dengan murah dan berkualitas. Kemampuan tersebut didukung dengan adanya penggunaan teknologi tinggi dan dana riset yang besar. Sedangkan negara berkembang seperti Indonesia belum memilikinya. Alhasil, produk luar bisa masuk pasar domestik dengan mudah, sedangkan produk kita sangat sulit masuk ke pasar negara mereka dengan adanya pemberlakuaan standar yang tinggi.

Salah satu hal yang belum bisa diterima saya adalah penggunaan mata uang Dolar AS dalam perdagangan Internasional. Bukankah hal itu membuat persaingan tidak fair dimana AS sebagai pemilik mata uang tersebut selalu diuntungkan karena uangnya bisa diterima semua negara. Bahkan perdagangan bilateral antara negara yang tidak ada sangkutpautnya dengan AS pun memakai Dolar AS. Kenapa tidak memakai emas atau perak atau alat tukar lainnya yang seperti perdagangan jaman dahulu. Atau bahkan penggunaan mata uang lainnya sesuai kesepakatan negara tersebut, misal pemakaian Yuan dalam perdagangan bilateral anatar Tiongkok dan Malaysia. Kan lebih fair.

Paper posisi dari bahan bacaan “The Trading System” dalam Global Political Economy (Chapter 8 pg. 196) Robert Gilpin

Japan’s Lost Decade: Origins, Consequences, and Prospects For Recovery

7:27 AM 0 Comments A+ a-

Paper ini secara garis besar membahas tentang lika-liku jatuh bangun Jepang. Dimana Jepang pernah mengalami kemajuan ekonomi yang cukup pesat tapi selanjutnya mengalami kehancuran dan bisa bangkit lagi.

Tulisan Gary R. Saxonhouse dan Robert M. Stern dengan judul "The Bubble and the Lost Decade" mengambil sisi ekonomi. Pada tahun 1989, Jepang mengakhiri masa emas dimana kinerja ekonomi yang sangat baik dalam satu dekade. Rata-rata pertumbuhan GDP pertahun mencapai 3,9%. Kala itu, Jepang memiliki manajemen ekonomi tingkat pemerintah dan perusahaan yang baik. Fred Bergsten memuji kebijakan Jepang. Sejak tahun 1986, kinerja Jepang yang paling mengesankan sampai saat ini adalah mata uang Jepang, Yen, dapat bersaing dengan nilai dolar dengan kecepatan yang luar biasa. Hal ini dipicu dari pertumbuhan ekspor dari awal 1980-an.

Namun, pasca-1989 rata-rata pertumbuhan GDP Jepang tidak lebih dari 1,2% per tahun. Pasar ekuitas Jepang, setelah mencapai puncaknya pada akhir tahun 1989, jatuh sebesar 75%. Harga tanah Jepang telah bernasib lebih buruk lagi dengan penurunan harga sebesar 80%. Jepang benar-benar mengalami keterpurukan ekonomi saat itu. Permasalahan yang dihadapi saat ini Jepang lebih buruk dibanding apa yang mereka pernah alami sebelumnya. Hal ini terlihat dari  hutang publik yang luar biasa, lebih tinggi daripada awal 1990-an.

Jepang berupaya melakukan pemulihan secepat mungkin. Dengan membuat kebijakan yang berbeda seperti Kebijakan Fiskal yang efektif, memberlakukan Konsekuensi Domestik dalam International Finance, Deregulasi, Corporate Governance, dan Lembaga Keuangan yang disponsori pemerintah

Pada bulan Juli 2002, Perdana Menteri Koizumi menggunakan kebijakan fiskal untuk mendorong perekonomian Jepang. Dengan kerja sama penuh dari Amerika Serikat, kebijakan seperti itu bisa berhasil. Dengan berakhirnya premi risiko negatif, suku bunga nominal akan meningkat, memungkinkan BOJ untuk sekali lagi menggunakan kebijakan moneter untuk kembali mengembang ekonomi. Goyal dan McKinnon melihat kenaikan tingkat bunga nominal sebagai prakondisi untuk membuat penggunaan efektif dari kebijakan moneter.

Secara historis pemerintah akan menguangkan  hutang ketika investor tidak memiliki cukup keyakinan bahwa pemerintah akan melunasi  hutangnya dan enggan untuk membeli obligasi. Ini tidak menjadi masalah bahwa Jepang telah menghadapi kematian. Justru sebaliknya. Mendapatkan sarana  hutang bahwa pemerintah mendapatkan rumah fiskal agar tidak dengan memotong pengeluaran atau meningkatkan pajak, melainkan dengan mencetak uang. Dalam tradisi bank sentral bijaksana, ketakutan BOJ bahwa sebuah langkah yang jelas untuk memungkinkan pengeluaran pemerintah yang akan dibuat tanpa kendala harus meningkatkan pendapatan melalui pajak atau obligasi akan menyebabkan perubahan yang dramatis dalam harga ekspektasi bahwa pasar obligasi mungkin menderita penurunan berat.

Fukao mengidentifikasi Jepang mirip dengan yang dihadapi oleh sistem perbankan AS setelah Perang Dunia II. Bank-bank AS pada tahun 1945 adalah diguyur dengan deposito, jumlah yang tidak proporsional yang diinvestasikan dalam obligasi pemerintah AS. Pada saat itu ada kekhawatiran bahwa jika harga obligasi turun 20%, seluruh sistem perbankan bisa menjadi bangkrut. Untuk menjaga terhadap kemungkinan ini, Sistem Federal Reserve di bawah pengaruh Departemen Keuangan AS yang didukung pasar obligasi pemerintah AS, meskipun konsekuensi inflasi.

Pemulihan ekonomi Jepang dapat dipromosikan oleh reformasi pengaturan keuangan internasional dan diadopsi oleh konvensional moneter dan kebijakan fiskal, Fukao dan Nishimura dan Kawamoto menawarkan proposal untuk mengubah struktur ekonomi Jepang. Fukao ingin mempromosikan kompetisi di pasar jasa keuangan dengan menghapus subsidi publik yang diberikan kepada lembaga keuangan yang disponsori pemerintah. Berbeda dengan situasi yang biasa, dalam hal ini, Fukao percaya bahwa mempromosikan kompetisi akan menaikkan daripada menurunkan harga jasa keuangan. Kenaikan harga ini, dengan memungkinkan perusahaan-perusahaan di keuangan sektor jasa yang tidak menerima subsidi untuk beroperasi secara menguntungkan, akan meningkatkan bukannya mengurangi kesejahteraan nasional. Bahkan saat Fukao, seperti Perdana Menteri Koizumi, secara efektif merekomendasikan privatisasi lembaga keuangan yang disponsori pemerintah, Nishimura dan Kawamoto yang merekomendasikan penciptaan yang baru.

Dengan begitu, akan banyak debitur sangat miskin, ini harus berarti peningkatan yang substansial dalam suku bunga yang dikenakan pada pinjaman banyak untuk mencerminkan risiko yang terlibat dalam membuat mereka. Seperti Goyal dan McKinnon dan Fukao, Nishimura dan Kawamoto percaya bahwa kunci untuk kesehatan baru dari sistem perbankan adalah penyebaran yang lebih besar antara bunga yang dikenakan pada pinjaman dan bunga dibayar atas deposito.

Kebijakan stabilisasi untuk membantu memulihkan. Ini tidak berarti bahwa Jepang kemudian, atau sekarang, tak berdaya. Sebagaimana dicatat, ada menu besar langkah-langkah fiskal konvensional, non-standar BOJ intervensi pasar, langkah-langkah tata kelola perusahaan, dan perubahan struktural dalam sektor jasa keuangan yang dapat membantu untuk menyelamatkan Jepang.

Menurut saya, tulisan Gary R. Saxonhouse dan Robert M. Stern dengan judul "The Bubble and the Lost Decade" sudah cukup jelas. Menjelaskan runtutan naik-turunnya perekonomian Jepang. Jepang pernah mengalami masa pertumbuhan ekonomi yang begitu cepat selama lebih dari satu dekade tapi pada akhirnya mengalami keterpurukan. Dalam tulisan ini tidak dijelaskan sebab Jepang mengalami keterpurukan. Di sini hanya dijelaskan bukti keterpurukan Jepang saja.

Kelemahan yang lain, penulis hanya mengambil dari sisi ekonomi. Penulis tidak menjelaskan faktor-faktor lainnya seperti politik dalam negri maupun politik global. Selain itu, juga tidak dijelaskan mengenai tindakan dalam mengatasi keterpurukan ekonomi dari sisi perusahaan-perusahaan industri. Sebagian besar hanya menjelaskan penanganan dari sisi finansial dan perbankan. Padahal perusahaan-perusahaan industri pun sangat berperan dalam pemulihan ekonomi Jepang kala itu.


*Paper posisi dari bahan bacaan Japan’s Lost Decade: Origins, Consequences, and Prospects For Recovery Gary R. Saxonhouse and Robert M. Stern. University of Michigan

Sistem Kurs Mengambang Bagi Indonesia

7:15 AM 58 Comments A+ a-

Dalam buku Global Political Economy, Gilpin mencoba menjelaskan tentang sistem moneter internasional. Salah satu hal penting dalam sistem moneter internasional adalah kurs. Kurs atau nilai tukar merupakan hal yang penting bagi suatu negara dalam bertransaksi dengan dunia negara lain. Dalam transaksi perdagangan, sistem pembayaran yang dilakukan negara pembeli kepada negara penjual mau tidak mau harus terikat dengan nilai tukar atau kurs. Sistem nilai tukar sendiri terdiri dari beberapa jenis, yaitu kurs tetap (fixed exchange rate) dan kurs mengambang (floating exchange rate).

Sistem yang pertama adalah Kurs Tetap. Dalam sistem ini, kurs mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lainnya ditetapkan resmi oleh pemerintah melalui Bank Sentral. Di Indonesia, pemegang otoritas dalam melakukan hal ini adalah Bank Indonesia (BI). Sistem di mana nilai tukar mata uang domestik ditetapkan pada tingkat tertentu terhadap nilai mata uang asing, yang dibiarkan tetap konstan dan hanya berfluktuasi pada batasan yang lebih sempit. Jika kurs berubah terlalu tajam, maka pemerintah melakukan intervensi untuk mengendalikannya. Intinya, dalam sistem ini pemerintah harus berperan aktif dalam mengendalikan kurs mata uang Indonesia agar memiliki nilai tukar yang tetap terhadap negara lain.

Kedua, Sistem Kurs Mengambang (floating exchange rate). Sistem dimana nilai tukar mata uang domestik dibiarkan mengambang terhadap nilai mata uang asing atau sesuai dengan pergerakan pasar dimana terjadinya kurs valuta berdasarkan pada permintaan dan penawaran mata uang asing. Dalam hukum permintaan penawaran, harga suaru barang akan naik ketika permintaan tinggi, sebaliknya akan turun harganya ketika penawaran sedikit. Sistem kurs mengambang secara murni atau clean float atau freely floating system yaitu penentuan kurs valas di bursa valas terjadi tanpa campur tangan pemerintah. Hal ini menjadikan kurs yang ditentukan oleh pasar tanpa campur tangan pemerintah.

Masing-masing sistem kurs dalam moneter internasional memiliki kelebihan dan kekurangan.

Namun, dalam moneter internasional saat ini saya lebih cenderung pada sistem yang kedua, dimana kurs atau nilai tukar mata uang dibiarkan naik-turun sesuai dengan permintaan pasar. Hal ini menurut saya lebih fair karena negara akan berusaha agar dapat meningkatkan nilai tukarnya melalui produksi barang tertentu yang dapat diserap di pasar internasional. Negara akan berusaha memacu agar melakukan ekspor sebanyak-banyaknya.

Memang, dengan penerapan sistem kurs tetap, negara akan mampu mengendalikan dan mengatur kurs mata uang yang akan berdampak bagi perdagangan negra tersebut dengan negara lain. Namun, Bagi negara berkembang seperti Indonesia, penerapan sistem kurs mengambang akan memberikan beberapa keuntungan. Cadangan devisa Indonesia akan aman dengan sistem ini, dimana tidak perlu harus menjual devisa guna menstabilkan kurs mata uang rupiah.
---

*Paper Posisi dari bahan bacaan  "Global Political Economy (Chapter 9)" dalam The International Monetary System Robert Gilpin.

Faktor Psikologis Kaisar Hirohito Sebagai Sebab Sikap Ekspansionis Jepang Pada Perang Dunia II

12:04 AM 0 Comments A+ a-

Jepang adalah Negara yang unik. Jepang tergolong salah satu Negara yang maju. Namun di sisi kemajuan teknologi dan ekonominya yang berkembang secara cepat, Jepang tetap memegang teguh tradisi dan warisan budaya leluhurnya. Tradisi dan kebudayaan leluhur Jepang mash lekat tertanam dalam tatanan sosial, politik, bahkan ekonomi Jepang masa modern saat ini. Masa lalu, tatanan Jepang dipegang oleh adanya Kaisar, Daimyo (tuan tanah) dan para Ksatria Samurai. Era saat ini, tatanan tersebut masih diadopsi dengan keberadaan perusahaan-perusahaan keluarga sebagai perkembangan dari para tuan tanah.

Jepang pernah mengalami perubahan besar-besaran mulai Kaisar Meiji. Perubahan besar-besaran tersebut dinamakan Restorasi Meiji. Pasca Restorasi Meiji, perekonomian Jepang mengalami perkembangan yang cukup berarti. Berubah menjadi Negara yang maju secara perekonomian dan militer.

Puncak kemajuan Jepang adalah ketika Jepang dipimpin oleh seorang Kaisar yang terkenal mempunyai sifat militeristik dan ekspansionis, Kaisar Hirohito. Saat Kaisar Hirohito berkuasa, Jepang ikut terlibat dalam memperkeruh kekacauan dunia pada Perang Dunia II. Jepang berafiliasi dengan Negara Nazi Jerman yang dipimpin Hitler dan Negara Fasis Italia yang dipimpin Musolini. Tiga Negara tersebut bekerjasama dalam memerangi musuhnya. Ketiga negara tersebut berbagi tugas untuk menyerang wilayah tertentu. Jerman dan Italia menyerang musuh di Daratan Eropa sedangkan Jepang menyerang Asia dan Pasifik. Hingga akhirnya Jepang menyerang pangkalan militer Amerika Serikat yang berada di Pearl Harbour Pasifik.

Dalam hubungan Internasional, bisa dijelaskan jika tindakan ekspansionis Negara Jepang tidak dapat dilepaskan dari peran kepemimpinan Jepang saat itu yakni Kaisar Hirohito. Kaisar Hirohito yang merupakan puncak pimpinan Jepang sangat menentukan tindakan negara yang dipimpinnya. Keyakinan Kaisar Hirohito bahwa  Jepang Pemimpin Asia, Jepang Penguasa Asia dan Jepang Cahaya Asia membuat Jepang sangat ingin menguasai Asia.
---

Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah:
    Bagaimana struktur kepemimpinan Negara Jepang masa Kaisar Hirohito?
    Apakah pengaruh sifat dan karakter Kaisar Hirohito dalam ekspansionis Jepang?
    Apa faktor-faktor yang melatarbelakangi karakter ekspansionis Kaisar Hirohito?


PEMBAHASAN
2.1.Struktur Kepemimpinan Kekaisaran Jepang


Saat Negara Jepang dipimpin Hirohito, Jepang memiliki struktur yang mirip denganstruktur Jepang sejak terjadi Restorasi Meiji. Hirarki kekuasaan tertinggi Jepang berada di tangan seorang Kaisar (emperor). Kaisar mempunyai pasukan militer khusus bernama Shogun. Jepang dibagi menjadi beberapa wilayah regional setara dengan provinsi, dimana setiap provinsi dipimpin oleh seorang tuan tanah (Diamyo) yang memiliki pasukan pelindung yakni para Samurai.Kasta selanjutnya yaitu Ronin, para samurai yang tidak mempunyai majikan dan biasanya berjalan mengembara tanpa tujuan dan terkadang bersatu membentuk sekumpulan pemberontak atau perampok. Walaupun Ronin sama dengan Samurai, namun kastanya lebih rendah karena tidak memiliki tuan tanah yang melindunginya.

Setelah kasta yang terdiri para ksatria di atas, lalu struktur selanjutnya terdiri dari Peasants yakni para buruh tani, seniman dan buruh tani. Kasta tersebut merupakan para pekerja yang dilindungi oleh para ksatria dan secara rutin melakukan setoran kekayaan kepada pelindungnya.

Tampuk kepemimpinan Kekaisaran Jepang berada pada tangan Kaisar. Kaisar membawahi militer secara langsung dan dapat memerintahkan untuk melakukan apapun dengan satu komando. Hal ini memungkinkan adanya perintah penyerangan atau peperangan tanpa ada yang bisa menghalanginya. Kekaisaran bisa disamakan dengan Sistem Kerajaan yang sangat memungkinkan berlaku diktator.


2.2.Jepang di Masa Pemerintahan Kaisar Hirohito (Periode Showa)

Periode Showa sesuai dengan (anumerta bernama Kaisar Showa) pemerintahan Kaisar Hirohito sejak tanggal 25 Desember 1926 - 7 Januari 1989 dan pemerintahan terpanjang dari Kaisar Jepang. Showa-jidai, atau periode Showa, ironisnya diterjemahkan menjadi "masa damai tercerahkan".

Periode Showa dibagi menjadi beberapa periode, pertama periode Rise of Militerisme dan Ultra-nasionalisme (1926-1937). Pada periode ini, ekonomi Jepang melemah (tahun 1920) sebagai ekspor anjlok karena meningkatnya nasionalisme ekonomi di Barat. Sutra permintaan turun, produksi menurun, dan pengangguran meroket. Meskipun oposisi dari 1.028 ekonom, Amerika Serikat menyetujui Undang-Undang Tarif tahun 1930, menaikkan tarif di lebih dari 20.000 item yang diimpor ke level tertinggi dalam sejarah Amerika. Pasar ekspor Jepang menderita lebih lanjut dan sebagai akibatnya daya beli ekonominya juga menderita. Pada tanggal 14 November 1930, setelah gagal bernegosiasi rasio kapal angkatan laut menguntungkan dengan Amerika Serikat dan Inggris, Perdana Menteri Hamaguchi Osachi ditembak oleh ultra-nasionalis. Ia meninggal kemudian pada tahun 1931.

Pemerintah sekarang telah kehilangan kontrol atas rakyat dan militer, bertindak indepentendly dari pemerintah resmi, menginvasi Manchuria pada tahun 1931. Jepang dilihat Manchuria sebagai sumber untuk bahan baku dan cara untuk meningkatkan keamanan dari komunis Rusia di utara. Liga Laporan Lytton Bangsa 'mengkritik tindakan Jepang di Manchuria dan diberi label Jepang sebagai agresor. Diet Jepang, didominasi oleh pejabat militer, bereaksi terhadap laporan dengan menarik diri dari Liga Bangsa-Bangsa pada tanggal 27 Maret 1933. Sikap agresif militer Jepang dan pelepasan dari diplomasi multilateral merupakan sumber kecemasan Anglo-Amerika. Amerika merasa bahwa Jepang bersedia untuk memperluas kerajaan tersebut pada risiko apapun. Kurangnya tindakan substansial oleh Amerika dan negara Barat lainnya berani Jepang. Jepang, dikelilingi oleh musuh-musuh dan mencari sekutu, menandatangani Pakta Anti-Komintern dengan Jerman Nazi dan Fasis Italia pada 1936.

2.3.Jepang Ekspansi Asia Pasifik

Perang Sino-Jepang dan Perang Dunia II (1937-1945). Pada 7 Juli 1937 Jepang meluncurkan invasi ke Cina dari Manchuria yang menyebabkan perang skala penuh. Jepang memiliki keuntungan militer karena memiliki baju zirah yang lebih dan artileri dari Cina dan juga memiliki angkatan laut terbesar ketiga di dunia termasuk 2.700 pesawat.

Pada tahun 1939, sebagian besar kota-kota utama Cina berada di bawah kontrol Jepang termasuk Beijing, Nanjing, dan Shanghai. Pada tanggal 1 Agustus 1940, Menteri Luar Negeri Matsuoka Yosuke mengumumkan gagasan "Sphere Timur Raya Kemakmuran Bersama Asia". Konsep mempromosikan pembentukan blok mandiri negara-negara Asia yang dipimpin oleh Jepang dan bebas dari pengaruh Barat. Pada tanggal 27 September 1940, Jepang menandatangani Pakta Tripartit, menciptakan Roma-Tokyo-Berlin kekuatan Poros Perang Dunia II. Pada bulan Juli 1941 Presiden AS Franklin Delano Roosevelt mengumumkan embargo minyak terhadap Jepang karena penolakannya untuk menarik pasukan dari China dan Indochina Perancis.

Dalam rangka untuk mencegah intervensi angkatan laut Amerika di Pasifik Jepang meneruskan serangan dan menyerang pangkalan angkatan laut AS di Pearl Harbor pada 7 Desember 1941. Pada musim panas tahun 1942, dengan armada Pasifik Amerika lumpuh, Jepang menguasai Burma, Siam (Thailand), Filipina, dan Hindia Belanda. Momentum perang berubah dengan kemenangan AS yang menentukan pertempuran laut di Midway antara 4 Juni - 7 Juni, 1942. Dengan hilangnya empat kapal induk dan lebih dari dua ratus pesawat, angkatan laut Jepang tidak bisa lagi melanjutkan ofensif. Amerika Serikat kemudian diikuti strategi pulau hopping, juga disebut lompatan. Posisi yang dijaga ketat itu dilewati dan posisi kurang diperkaya menjadi sasaran dengan tujuan mendukung serangan akhirnya di pulau-pulau utama Jepang. Pada tahun 1945, AS telah superioritas udara jelas dan berulang kali dibom Tokyo.

Pada 6 Agustus 1945, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hiroshima. Tiga hari kemudian pada 9 Agustus 1945 lagi bom atom dijatuhkan di Nagasaki. Dihadapkan dengan kehancuran nuklir dan Uni Soviet menyerang Manchuria, Jepang menyerah pada 14 Agustus 1945. Keesokan harinya Kaisar Hirohito mengumumkan penyerahan Jepang atas radio.


2.4.Profil Kaisar Hirohito

Hirohito dilahirkan di Puri Aoyama, Tokyo pada tanggal 29 April1901. Dia merupakan anak pertama dari KaisarYoshihito (Taisho) dan Ratu Sadako (Teimei), dan kakak dari Pangeran Yasuhito Chichibu (1903-1953), Pangeran Nobuhito Takamatsu (1905-1987) serta Pangeran Takahito Mikasa (1915- ). Sebelum naik takhta ia dikenal sebagai Pangeran Michi (Michi-no-Miya). Masa kekuasaannya sebagai kaisar dikenal sebagai era Showa yang berarti damai, cerah budi. Namun ironisnya, justru pada saat itu, Jepang terlibat perang melawan RRC dan akhirnya dalam Perang Dunia II. Di Indonesia, ketika masa pendudukan Jepang (1942-1945) Hirohito dikenal sebagai Tenno Heika yang berarti "Yang Mulia Kaisar".

Hirohito mengenyam pendidikan awal di Gakushuin Peer's School dari April1908 hingga April 1914, kemudian mendapatkan pendidikan khusus untuk putra mahkota (Togu-gogakumonsho) di Istana Akasaka dari tahun 1914 sampai Februari1921. Mendapatkan karier sebagai letnan and sub-lieutnant9 Desember, 1912 pada Angkatan Darat Kekaisaran, kapten dan letnan (31 Oktober1916), mayor dan wakil komandan (31 Oktober1920)letnan kolonel dan komandan (31 oktober1923) dan kolonel dan komandan Angkatan Laut Kekasairan (Kaigun) (31 Oktober 1924). Ia diangkat menjadi putra mahkota secara resmi pada tanggal 16 November 1916. Pada tahun 1922 ia mengadakan kunjungan ke Inggris dan sejumlah negara negara Eropa. Kunjungan ini dianggap kelompok sayap kanan kontroversial sehingga menewaskan Perdana MenteriHamaguchi.

Hirohito menikah dengan Putri Nagako, putri sulung Pangeran Kuniyoshi pada tanggal 26 Januari] 1924 dan dikaruniai 7 orang anak, Putri Teru Shigeko (1925-1961, Putri Hisa Sichiko(1927-1928), Putri Take Kazuko (1929-1989), Putri Yori Atsuko(1931- ), Pangeran Akihito (1933- ), Pangeran Hitachi Masahito (1935 - ), Putri Suga Takako (1939 - ).Ia dinobatkan menjadi kaisar pada tanggal 25 Desember1926 setelah ayahnya Kaisar Taisho meninggal, dilantik secara resmi 10 November, 1928, di Kyoto.


2.5.Faktor-Faktor yang Pengaruhi Psikologi Kaisar Hirohito

a.      Determinism Factor

            Menurut teori ini, tindakan yang dilakukan oleh Hirohito bukan karena keinginan dirinya sendiri, tetapi sebagai akibat pengaruh faktor dari luar, baik dari keluarga, lingkungan sekitar, maupun orang-orang yang berada dalam struktur pemerintahan di bawahnya.

Pada masa ia bertakhta, Hirohito menyaksikan pertentangan di dalam negeri dan peperangan yang diawali dengan kericuhan di dalam negeri akibat pertentangan antara kelompok moderat dengan golongan kanan ultranasionalis yang disokong militer khususnya Angkatan Darat sebagai kekuatan terbesar pada saat itu. Akibatnya sejumlah pejabat tinggi, pengusaha dan tokoh-tokoh penting negara terbunuh dan puncaknya adalah insiden militer 26 Februari 1936, yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Saburo Aizawa serta 1500 prajurit. Peristiwa ini juga melibatkan pangeran Yashuhito Chichibu sehingga Kaisar Hirohito sendiri turun tangan dan memerintahkan pasukan Angkatan Bersenjata kekaisaran untuk menyelesaikan hal ini dan memastikan loyalitas dari seluruh keluarga kekaisaran. Meskipun demikian diam-diam insiden ini "direstui" oleh kalangan pimpinan Angkatan Darat terutama dari kalangan ultranasionalis. Oleh karena itu pada tahun 1930, ultranasionalis dan militer menguasai pimpinan pemerintahan.

Akhirnya, pada masa kekaisaran Hirohito Jepang tercatat terlibat peperangan di antaranya Insiden Manchuria1931, Insiden Nanking1937, dan Perang Dunia II dengan melancarkan serangan atas Pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour 9 Desember1941. Jadi keadaanlah yang memaksa Kaisar Hirohito untuk melakukan tindakan kekerasan tersebut.

b.      Lingkungan Sosial Masa kecil

Teori ini memandang bahwa tindakan yang dilakukan oleh seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial seseorang itu berada terutama pada masa kanak-kanak. Karena kejadian pada masa kanak-kanak kemungkinan besar akan mudah diingat dan akan sangat mempengaruhi secara psikologis terhadap apa yang akan dia lakukan di masa mendatang.

Kaisar Hirohito berada para lingkungan Kekaisaran pada masa kecil. Lingkungan Jepang sebagai warisan Para Samurai yang mengajarkan tentang budaya malu dan loyalitas terhadap atasan serta cinta terhadap negaranya terpatri kuat dalam dirinya. Persatuan klan merupakan segalanya, jangan sampai negara Jepang terpecah-belah karena perang saudara. Ketika Kaisar hirohito dewasa, karakter yang diwariskan oleh samurai tersebut masih dominan dalam diri Hirohito.

Ketika terjadi pemberontakan dan perpecahan dalam klan, Kaisar Hirohito berupaya untuk menyatrukan klan dengan cara menguji loyalitas bawahannya yakni para samurai dan militer. Kaisar Hirohito memerintahkan pasukan Angkatan Bersenjata kekaisaran untuk menyelesaikan perpecahan dalam klan dan memastikan loyalitas dari seluruh keluarga kekaisaran. Pada masa kekaisaran Hirohito Jepang tercatat terlibat peperangan di antaranya Insiden Manchuria1931, Insiden Nanking1937, dan Perang Dunia II dengan melancarkan serangan atas Pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour 9 Desember1941.

c.       Sex Factor

Teori selanjutnya yang dapat digunakan untuk menganalisis karakter Kaisar Hirohito adalah faktor Jenis Kelamin (Sex factor). Teori ini memandang bahwa tindakan yang dilakukan seseorang sangat dipengaruhi oleh jenis kelamin orang tersebut. Laki-laki dan perempuan mengalami kondisi yang berbeda dan kompetisi yang berbeda. Laki-laki cenderung bersifat agresif dan bertindak sembrono dalam berkompetisi. Sedangkan wanita jarang terlibat dalam kegiatan konfrontasional yang melibatkan fisik seperti peperangan.

Dalam hal ini, Kaisar Hirohito bertindak keras dalam memusuhi lawan karena dia sebagai laki-laki samurai yang tidak takut mati. Sifat Hirohito ini menjadikan Jepang cenderung bersikap keras dan tidak takut mati dalam setiap peperangan.
---

Kesimpulan

Pasca Restorasi Meiji, perekonomian Jepang mengalami perkembangan menjadi Negara yang maju secara perekonomian dan militer.Saat Kaisar Hirohito berkuasa, Jepang ikut terlibat dalam memperkeruh kekacauan dunia pada Perang Dunia II. Jepang berafiliasi dengan Negara Nazi Jerman yang dipimpin Hitler dan Negara Fasis Italia yang dipimpin Musolini. Tiga Negara tersebut bekerjasama dalam memerangi musuhnya.

Dalam Hubungan Internasional, bisa dijelaskan jika tindakan ekspansionis Negara Jepang tidak dapat dilepaskan dari peran kepemimpinan Jepang saat itu yakni Kaisar Hirohito. Kaisar Hirohito yang merupakan puncak pimpinan Jepang sangat menentukan tindakan negara yang dipimpinnya.

Sedangkan dalam cabang ilmu Psikologi Kejahatan, tindakan pribadi seseorang bisa dijelaskan dengan cara mencari faktor-faktor pendorongnya. Dalam studi kasus Kaisar Hirohito ini, ada beberapa faktor pendorong yang bisa menjelaskan sifat Kaisar Hirohito yang ekspansionis. Yakni diantaranya: determinism factor, faktor lingkungan sosial masa kecil dan sex factor.

Referensi:

http://id.wikipedia.org/wiki/Hirohito diakses pada 20 November 2014

http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/09/hirohito-dewa-yang-luput-dari-eksekusi diakses pada 20 November 2014

http://sosok.kompasiana.com/2013/03/22/kaisar-hirohito-tokoh-pemimpin-militeristik-545127.html diakses pada 20 November 2014

Kaisar Hirohito Sebenarnya Tak Ingin Jepang Memerangi AS dalam BBC Indonesia. Internasional.kompas.com diakses pada 20 November 2014

Yamaoka, Sahachi. 1987. Oda Nabuga, Sang Penakluk dari Owari. Jakarta: Kondansha Ltd.

Sejarah Jepang. Sumber file.upi.edu diakses pada 20 November 2014

Sejarah Pemerintahan Muromachi. Sumber Respository perpustakaan Universitas Sumatera Utara.diakses pada 20 November 2014