Japan’s Lost Decade: Origins, Consequences, and Prospects For Recovery

7:27 AM 0 Comments A+ a-

Paper ini secara garis besar membahas tentang lika-liku jatuh bangun Jepang. Dimana Jepang pernah mengalami kemajuan ekonomi yang cukup pesat tapi selanjutnya mengalami kehancuran dan bisa bangkit lagi.

Tulisan Gary R. Saxonhouse dan Robert M. Stern dengan judul "The Bubble and the Lost Decade" mengambil sisi ekonomi. Pada tahun 1989, Jepang mengakhiri masa emas dimana kinerja ekonomi yang sangat baik dalam satu dekade. Rata-rata pertumbuhan GDP pertahun mencapai 3,9%. Kala itu, Jepang memiliki manajemen ekonomi tingkat pemerintah dan perusahaan yang baik. Fred Bergsten memuji kebijakan Jepang. Sejak tahun 1986, kinerja Jepang yang paling mengesankan sampai saat ini adalah mata uang Jepang, Yen, dapat bersaing dengan nilai dolar dengan kecepatan yang luar biasa. Hal ini dipicu dari pertumbuhan ekspor dari awal 1980-an.

Namun, pasca-1989 rata-rata pertumbuhan GDP Jepang tidak lebih dari 1,2% per tahun. Pasar ekuitas Jepang, setelah mencapai puncaknya pada akhir tahun 1989, jatuh sebesar 75%. Harga tanah Jepang telah bernasib lebih buruk lagi dengan penurunan harga sebesar 80%. Jepang benar-benar mengalami keterpurukan ekonomi saat itu. Permasalahan yang dihadapi saat ini Jepang lebih buruk dibanding apa yang mereka pernah alami sebelumnya. Hal ini terlihat dari  hutang publik yang luar biasa, lebih tinggi daripada awal 1990-an.

Jepang berupaya melakukan pemulihan secepat mungkin. Dengan membuat kebijakan yang berbeda seperti Kebijakan Fiskal yang efektif, memberlakukan Konsekuensi Domestik dalam International Finance, Deregulasi, Corporate Governance, dan Lembaga Keuangan yang disponsori pemerintah

Pada bulan Juli 2002, Perdana Menteri Koizumi menggunakan kebijakan fiskal untuk mendorong perekonomian Jepang. Dengan kerja sama penuh dari Amerika Serikat, kebijakan seperti itu bisa berhasil. Dengan berakhirnya premi risiko negatif, suku bunga nominal akan meningkat, memungkinkan BOJ untuk sekali lagi menggunakan kebijakan moneter untuk kembali mengembang ekonomi. Goyal dan McKinnon melihat kenaikan tingkat bunga nominal sebagai prakondisi untuk membuat penggunaan efektif dari kebijakan moneter.

Secara historis pemerintah akan menguangkan  hutang ketika investor tidak memiliki cukup keyakinan bahwa pemerintah akan melunasi  hutangnya dan enggan untuk membeli obligasi. Ini tidak menjadi masalah bahwa Jepang telah menghadapi kematian. Justru sebaliknya. Mendapatkan sarana  hutang bahwa pemerintah mendapatkan rumah fiskal agar tidak dengan memotong pengeluaran atau meningkatkan pajak, melainkan dengan mencetak uang. Dalam tradisi bank sentral bijaksana, ketakutan BOJ bahwa sebuah langkah yang jelas untuk memungkinkan pengeluaran pemerintah yang akan dibuat tanpa kendala harus meningkatkan pendapatan melalui pajak atau obligasi akan menyebabkan perubahan yang dramatis dalam harga ekspektasi bahwa pasar obligasi mungkin menderita penurunan berat.

Fukao mengidentifikasi Jepang mirip dengan yang dihadapi oleh sistem perbankan AS setelah Perang Dunia II. Bank-bank AS pada tahun 1945 adalah diguyur dengan deposito, jumlah yang tidak proporsional yang diinvestasikan dalam obligasi pemerintah AS. Pada saat itu ada kekhawatiran bahwa jika harga obligasi turun 20%, seluruh sistem perbankan bisa menjadi bangkrut. Untuk menjaga terhadap kemungkinan ini, Sistem Federal Reserve di bawah pengaruh Departemen Keuangan AS yang didukung pasar obligasi pemerintah AS, meskipun konsekuensi inflasi.

Pemulihan ekonomi Jepang dapat dipromosikan oleh reformasi pengaturan keuangan internasional dan diadopsi oleh konvensional moneter dan kebijakan fiskal, Fukao dan Nishimura dan Kawamoto menawarkan proposal untuk mengubah struktur ekonomi Jepang. Fukao ingin mempromosikan kompetisi di pasar jasa keuangan dengan menghapus subsidi publik yang diberikan kepada lembaga keuangan yang disponsori pemerintah. Berbeda dengan situasi yang biasa, dalam hal ini, Fukao percaya bahwa mempromosikan kompetisi akan menaikkan daripada menurunkan harga jasa keuangan. Kenaikan harga ini, dengan memungkinkan perusahaan-perusahaan di keuangan sektor jasa yang tidak menerima subsidi untuk beroperasi secara menguntungkan, akan meningkatkan bukannya mengurangi kesejahteraan nasional. Bahkan saat Fukao, seperti Perdana Menteri Koizumi, secara efektif merekomendasikan privatisasi lembaga keuangan yang disponsori pemerintah, Nishimura dan Kawamoto yang merekomendasikan penciptaan yang baru.

Dengan begitu, akan banyak debitur sangat miskin, ini harus berarti peningkatan yang substansial dalam suku bunga yang dikenakan pada pinjaman banyak untuk mencerminkan risiko yang terlibat dalam membuat mereka. Seperti Goyal dan McKinnon dan Fukao, Nishimura dan Kawamoto percaya bahwa kunci untuk kesehatan baru dari sistem perbankan adalah penyebaran yang lebih besar antara bunga yang dikenakan pada pinjaman dan bunga dibayar atas deposito.

Kebijakan stabilisasi untuk membantu memulihkan. Ini tidak berarti bahwa Jepang kemudian, atau sekarang, tak berdaya. Sebagaimana dicatat, ada menu besar langkah-langkah fiskal konvensional, non-standar BOJ intervensi pasar, langkah-langkah tata kelola perusahaan, dan perubahan struktural dalam sektor jasa keuangan yang dapat membantu untuk menyelamatkan Jepang.

Menurut saya, tulisan Gary R. Saxonhouse dan Robert M. Stern dengan judul "The Bubble and the Lost Decade" sudah cukup jelas. Menjelaskan runtutan naik-turunnya perekonomian Jepang. Jepang pernah mengalami masa pertumbuhan ekonomi yang begitu cepat selama lebih dari satu dekade tapi pada akhirnya mengalami keterpurukan. Dalam tulisan ini tidak dijelaskan sebab Jepang mengalami keterpurukan. Di sini hanya dijelaskan bukti keterpurukan Jepang saja.

Kelemahan yang lain, penulis hanya mengambil dari sisi ekonomi. Penulis tidak menjelaskan faktor-faktor lainnya seperti politik dalam negri maupun politik global. Selain itu, juga tidak dijelaskan mengenai tindakan dalam mengatasi keterpurukan ekonomi dari sisi perusahaan-perusahaan industri. Sebagian besar hanya menjelaskan penanganan dari sisi finansial dan perbankan. Padahal perusahaan-perusahaan industri pun sangat berperan dalam pemulihan ekonomi Jepang kala itu.


*Paper posisi dari bahan bacaan Japan’s Lost Decade: Origins, Consequences, and Prospects For Recovery Gary R. Saxonhouse and Robert M. Stern. University of Michigan

Terima kasih atas komentar anda.