Faktor Psikologis Kaisar Hirohito Sebagai Sebab Sikap Ekspansionis Jepang Pada Perang Dunia II

12:04 AM 0 Comments A+ a-

Jepang adalah Negara yang unik. Jepang tergolong salah satu Negara yang maju. Namun di sisi kemajuan teknologi dan ekonominya yang berkembang secara cepat, Jepang tetap memegang teguh tradisi dan warisan budaya leluhurnya. Tradisi dan kebudayaan leluhur Jepang mash lekat tertanam dalam tatanan sosial, politik, bahkan ekonomi Jepang masa modern saat ini. Masa lalu, tatanan Jepang dipegang oleh adanya Kaisar, Daimyo (tuan tanah) dan para Ksatria Samurai. Era saat ini, tatanan tersebut masih diadopsi dengan keberadaan perusahaan-perusahaan keluarga sebagai perkembangan dari para tuan tanah.

Jepang pernah mengalami perubahan besar-besaran mulai Kaisar Meiji. Perubahan besar-besaran tersebut dinamakan Restorasi Meiji. Pasca Restorasi Meiji, perekonomian Jepang mengalami perkembangan yang cukup berarti. Berubah menjadi Negara yang maju secara perekonomian dan militer.

Puncak kemajuan Jepang adalah ketika Jepang dipimpin oleh seorang Kaisar yang terkenal mempunyai sifat militeristik dan ekspansionis, Kaisar Hirohito. Saat Kaisar Hirohito berkuasa, Jepang ikut terlibat dalam memperkeruh kekacauan dunia pada Perang Dunia II. Jepang berafiliasi dengan Negara Nazi Jerman yang dipimpin Hitler dan Negara Fasis Italia yang dipimpin Musolini. Tiga Negara tersebut bekerjasama dalam memerangi musuhnya. Ketiga negara tersebut berbagi tugas untuk menyerang wilayah tertentu. Jerman dan Italia menyerang musuh di Daratan Eropa sedangkan Jepang menyerang Asia dan Pasifik. Hingga akhirnya Jepang menyerang pangkalan militer Amerika Serikat yang berada di Pearl Harbour Pasifik.

Dalam hubungan Internasional, bisa dijelaskan jika tindakan ekspansionis Negara Jepang tidak dapat dilepaskan dari peran kepemimpinan Jepang saat itu yakni Kaisar Hirohito. Kaisar Hirohito yang merupakan puncak pimpinan Jepang sangat menentukan tindakan negara yang dipimpinnya. Keyakinan Kaisar Hirohito bahwa  Jepang Pemimpin Asia, Jepang Penguasa Asia dan Jepang Cahaya Asia membuat Jepang sangat ingin menguasai Asia.
---

Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah:
    Bagaimana struktur kepemimpinan Negara Jepang masa Kaisar Hirohito?
    Apakah pengaruh sifat dan karakter Kaisar Hirohito dalam ekspansionis Jepang?
    Apa faktor-faktor yang melatarbelakangi karakter ekspansionis Kaisar Hirohito?


PEMBAHASAN
2.1.Struktur Kepemimpinan Kekaisaran Jepang


Saat Negara Jepang dipimpin Hirohito, Jepang memiliki struktur yang mirip denganstruktur Jepang sejak terjadi Restorasi Meiji. Hirarki kekuasaan tertinggi Jepang berada di tangan seorang Kaisar (emperor). Kaisar mempunyai pasukan militer khusus bernama Shogun. Jepang dibagi menjadi beberapa wilayah regional setara dengan provinsi, dimana setiap provinsi dipimpin oleh seorang tuan tanah (Diamyo) yang memiliki pasukan pelindung yakni para Samurai.Kasta selanjutnya yaitu Ronin, para samurai yang tidak mempunyai majikan dan biasanya berjalan mengembara tanpa tujuan dan terkadang bersatu membentuk sekumpulan pemberontak atau perampok. Walaupun Ronin sama dengan Samurai, namun kastanya lebih rendah karena tidak memiliki tuan tanah yang melindunginya.

Setelah kasta yang terdiri para ksatria di atas, lalu struktur selanjutnya terdiri dari Peasants yakni para buruh tani, seniman dan buruh tani. Kasta tersebut merupakan para pekerja yang dilindungi oleh para ksatria dan secara rutin melakukan setoran kekayaan kepada pelindungnya.

Tampuk kepemimpinan Kekaisaran Jepang berada pada tangan Kaisar. Kaisar membawahi militer secara langsung dan dapat memerintahkan untuk melakukan apapun dengan satu komando. Hal ini memungkinkan adanya perintah penyerangan atau peperangan tanpa ada yang bisa menghalanginya. Kekaisaran bisa disamakan dengan Sistem Kerajaan yang sangat memungkinkan berlaku diktator.


2.2.Jepang di Masa Pemerintahan Kaisar Hirohito (Periode Showa)

Periode Showa sesuai dengan (anumerta bernama Kaisar Showa) pemerintahan Kaisar Hirohito sejak tanggal 25 Desember 1926 - 7 Januari 1989 dan pemerintahan terpanjang dari Kaisar Jepang. Showa-jidai, atau periode Showa, ironisnya diterjemahkan menjadi "masa damai tercerahkan".

Periode Showa dibagi menjadi beberapa periode, pertama periode Rise of Militerisme dan Ultra-nasionalisme (1926-1937). Pada periode ini, ekonomi Jepang melemah (tahun 1920) sebagai ekspor anjlok karena meningkatnya nasionalisme ekonomi di Barat. Sutra permintaan turun, produksi menurun, dan pengangguran meroket. Meskipun oposisi dari 1.028 ekonom, Amerika Serikat menyetujui Undang-Undang Tarif tahun 1930, menaikkan tarif di lebih dari 20.000 item yang diimpor ke level tertinggi dalam sejarah Amerika. Pasar ekspor Jepang menderita lebih lanjut dan sebagai akibatnya daya beli ekonominya juga menderita. Pada tanggal 14 November 1930, setelah gagal bernegosiasi rasio kapal angkatan laut menguntungkan dengan Amerika Serikat dan Inggris, Perdana Menteri Hamaguchi Osachi ditembak oleh ultra-nasionalis. Ia meninggal kemudian pada tahun 1931.

Pemerintah sekarang telah kehilangan kontrol atas rakyat dan militer, bertindak indepentendly dari pemerintah resmi, menginvasi Manchuria pada tahun 1931. Jepang dilihat Manchuria sebagai sumber untuk bahan baku dan cara untuk meningkatkan keamanan dari komunis Rusia di utara. Liga Laporan Lytton Bangsa 'mengkritik tindakan Jepang di Manchuria dan diberi label Jepang sebagai agresor. Diet Jepang, didominasi oleh pejabat militer, bereaksi terhadap laporan dengan menarik diri dari Liga Bangsa-Bangsa pada tanggal 27 Maret 1933. Sikap agresif militer Jepang dan pelepasan dari diplomasi multilateral merupakan sumber kecemasan Anglo-Amerika. Amerika merasa bahwa Jepang bersedia untuk memperluas kerajaan tersebut pada risiko apapun. Kurangnya tindakan substansial oleh Amerika dan negara Barat lainnya berani Jepang. Jepang, dikelilingi oleh musuh-musuh dan mencari sekutu, menandatangani Pakta Anti-Komintern dengan Jerman Nazi dan Fasis Italia pada 1936.

2.3.Jepang Ekspansi Asia Pasifik

Perang Sino-Jepang dan Perang Dunia II (1937-1945). Pada 7 Juli 1937 Jepang meluncurkan invasi ke Cina dari Manchuria yang menyebabkan perang skala penuh. Jepang memiliki keuntungan militer karena memiliki baju zirah yang lebih dan artileri dari Cina dan juga memiliki angkatan laut terbesar ketiga di dunia termasuk 2.700 pesawat.

Pada tahun 1939, sebagian besar kota-kota utama Cina berada di bawah kontrol Jepang termasuk Beijing, Nanjing, dan Shanghai. Pada tanggal 1 Agustus 1940, Menteri Luar Negeri Matsuoka Yosuke mengumumkan gagasan "Sphere Timur Raya Kemakmuran Bersama Asia". Konsep mempromosikan pembentukan blok mandiri negara-negara Asia yang dipimpin oleh Jepang dan bebas dari pengaruh Barat. Pada tanggal 27 September 1940, Jepang menandatangani Pakta Tripartit, menciptakan Roma-Tokyo-Berlin kekuatan Poros Perang Dunia II. Pada bulan Juli 1941 Presiden AS Franklin Delano Roosevelt mengumumkan embargo minyak terhadap Jepang karena penolakannya untuk menarik pasukan dari China dan Indochina Perancis.

Dalam rangka untuk mencegah intervensi angkatan laut Amerika di Pasifik Jepang meneruskan serangan dan menyerang pangkalan angkatan laut AS di Pearl Harbor pada 7 Desember 1941. Pada musim panas tahun 1942, dengan armada Pasifik Amerika lumpuh, Jepang menguasai Burma, Siam (Thailand), Filipina, dan Hindia Belanda. Momentum perang berubah dengan kemenangan AS yang menentukan pertempuran laut di Midway antara 4 Juni - 7 Juni, 1942. Dengan hilangnya empat kapal induk dan lebih dari dua ratus pesawat, angkatan laut Jepang tidak bisa lagi melanjutkan ofensif. Amerika Serikat kemudian diikuti strategi pulau hopping, juga disebut lompatan. Posisi yang dijaga ketat itu dilewati dan posisi kurang diperkaya menjadi sasaran dengan tujuan mendukung serangan akhirnya di pulau-pulau utama Jepang. Pada tahun 1945, AS telah superioritas udara jelas dan berulang kali dibom Tokyo.

Pada 6 Agustus 1945, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hiroshima. Tiga hari kemudian pada 9 Agustus 1945 lagi bom atom dijatuhkan di Nagasaki. Dihadapkan dengan kehancuran nuklir dan Uni Soviet menyerang Manchuria, Jepang menyerah pada 14 Agustus 1945. Keesokan harinya Kaisar Hirohito mengumumkan penyerahan Jepang atas radio.


2.4.Profil Kaisar Hirohito

Hirohito dilahirkan di Puri Aoyama, Tokyo pada tanggal 29 April1901. Dia merupakan anak pertama dari KaisarYoshihito (Taisho) dan Ratu Sadako (Teimei), dan kakak dari Pangeran Yasuhito Chichibu (1903-1953), Pangeran Nobuhito Takamatsu (1905-1987) serta Pangeran Takahito Mikasa (1915- ). Sebelum naik takhta ia dikenal sebagai Pangeran Michi (Michi-no-Miya). Masa kekuasaannya sebagai kaisar dikenal sebagai era Showa yang berarti damai, cerah budi. Namun ironisnya, justru pada saat itu, Jepang terlibat perang melawan RRC dan akhirnya dalam Perang Dunia II. Di Indonesia, ketika masa pendudukan Jepang (1942-1945) Hirohito dikenal sebagai Tenno Heika yang berarti "Yang Mulia Kaisar".

Hirohito mengenyam pendidikan awal di Gakushuin Peer's School dari April1908 hingga April 1914, kemudian mendapatkan pendidikan khusus untuk putra mahkota (Togu-gogakumonsho) di Istana Akasaka dari tahun 1914 sampai Februari1921. Mendapatkan karier sebagai letnan and sub-lieutnant9 Desember, 1912 pada Angkatan Darat Kekaisaran, kapten dan letnan (31 Oktober1916), mayor dan wakil komandan (31 Oktober1920)letnan kolonel dan komandan (31 oktober1923) dan kolonel dan komandan Angkatan Laut Kekasairan (Kaigun) (31 Oktober 1924). Ia diangkat menjadi putra mahkota secara resmi pada tanggal 16 November 1916. Pada tahun 1922 ia mengadakan kunjungan ke Inggris dan sejumlah negara negara Eropa. Kunjungan ini dianggap kelompok sayap kanan kontroversial sehingga menewaskan Perdana MenteriHamaguchi.

Hirohito menikah dengan Putri Nagako, putri sulung Pangeran Kuniyoshi pada tanggal 26 Januari] 1924 dan dikaruniai 7 orang anak, Putri Teru Shigeko (1925-1961, Putri Hisa Sichiko(1927-1928), Putri Take Kazuko (1929-1989), Putri Yori Atsuko(1931- ), Pangeran Akihito (1933- ), Pangeran Hitachi Masahito (1935 - ), Putri Suga Takako (1939 - ).Ia dinobatkan menjadi kaisar pada tanggal 25 Desember1926 setelah ayahnya Kaisar Taisho meninggal, dilantik secara resmi 10 November, 1928, di Kyoto.


2.5.Faktor-Faktor yang Pengaruhi Psikologi Kaisar Hirohito

a.      Determinism Factor

            Menurut teori ini, tindakan yang dilakukan oleh Hirohito bukan karena keinginan dirinya sendiri, tetapi sebagai akibat pengaruh faktor dari luar, baik dari keluarga, lingkungan sekitar, maupun orang-orang yang berada dalam struktur pemerintahan di bawahnya.

Pada masa ia bertakhta, Hirohito menyaksikan pertentangan di dalam negeri dan peperangan yang diawali dengan kericuhan di dalam negeri akibat pertentangan antara kelompok moderat dengan golongan kanan ultranasionalis yang disokong militer khususnya Angkatan Darat sebagai kekuatan terbesar pada saat itu. Akibatnya sejumlah pejabat tinggi, pengusaha dan tokoh-tokoh penting negara terbunuh dan puncaknya adalah insiden militer 26 Februari 1936, yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Saburo Aizawa serta 1500 prajurit. Peristiwa ini juga melibatkan pangeran Yashuhito Chichibu sehingga Kaisar Hirohito sendiri turun tangan dan memerintahkan pasukan Angkatan Bersenjata kekaisaran untuk menyelesaikan hal ini dan memastikan loyalitas dari seluruh keluarga kekaisaran. Meskipun demikian diam-diam insiden ini "direstui" oleh kalangan pimpinan Angkatan Darat terutama dari kalangan ultranasionalis. Oleh karena itu pada tahun 1930, ultranasionalis dan militer menguasai pimpinan pemerintahan.

Akhirnya, pada masa kekaisaran Hirohito Jepang tercatat terlibat peperangan di antaranya Insiden Manchuria1931, Insiden Nanking1937, dan Perang Dunia II dengan melancarkan serangan atas Pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour 9 Desember1941. Jadi keadaanlah yang memaksa Kaisar Hirohito untuk melakukan tindakan kekerasan tersebut.

b.      Lingkungan Sosial Masa kecil

Teori ini memandang bahwa tindakan yang dilakukan oleh seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial seseorang itu berada terutama pada masa kanak-kanak. Karena kejadian pada masa kanak-kanak kemungkinan besar akan mudah diingat dan akan sangat mempengaruhi secara psikologis terhadap apa yang akan dia lakukan di masa mendatang.

Kaisar Hirohito berada para lingkungan Kekaisaran pada masa kecil. Lingkungan Jepang sebagai warisan Para Samurai yang mengajarkan tentang budaya malu dan loyalitas terhadap atasan serta cinta terhadap negaranya terpatri kuat dalam dirinya. Persatuan klan merupakan segalanya, jangan sampai negara Jepang terpecah-belah karena perang saudara. Ketika Kaisar hirohito dewasa, karakter yang diwariskan oleh samurai tersebut masih dominan dalam diri Hirohito.

Ketika terjadi pemberontakan dan perpecahan dalam klan, Kaisar Hirohito berupaya untuk menyatrukan klan dengan cara menguji loyalitas bawahannya yakni para samurai dan militer. Kaisar Hirohito memerintahkan pasukan Angkatan Bersenjata kekaisaran untuk menyelesaikan perpecahan dalam klan dan memastikan loyalitas dari seluruh keluarga kekaisaran. Pada masa kekaisaran Hirohito Jepang tercatat terlibat peperangan di antaranya Insiden Manchuria1931, Insiden Nanking1937, dan Perang Dunia II dengan melancarkan serangan atas Pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour 9 Desember1941.

c.       Sex Factor

Teori selanjutnya yang dapat digunakan untuk menganalisis karakter Kaisar Hirohito adalah faktor Jenis Kelamin (Sex factor). Teori ini memandang bahwa tindakan yang dilakukan seseorang sangat dipengaruhi oleh jenis kelamin orang tersebut. Laki-laki dan perempuan mengalami kondisi yang berbeda dan kompetisi yang berbeda. Laki-laki cenderung bersifat agresif dan bertindak sembrono dalam berkompetisi. Sedangkan wanita jarang terlibat dalam kegiatan konfrontasional yang melibatkan fisik seperti peperangan.

Dalam hal ini, Kaisar Hirohito bertindak keras dalam memusuhi lawan karena dia sebagai laki-laki samurai yang tidak takut mati. Sifat Hirohito ini menjadikan Jepang cenderung bersikap keras dan tidak takut mati dalam setiap peperangan.
---

Kesimpulan

Pasca Restorasi Meiji, perekonomian Jepang mengalami perkembangan menjadi Negara yang maju secara perekonomian dan militer.Saat Kaisar Hirohito berkuasa, Jepang ikut terlibat dalam memperkeruh kekacauan dunia pada Perang Dunia II. Jepang berafiliasi dengan Negara Nazi Jerman yang dipimpin Hitler dan Negara Fasis Italia yang dipimpin Musolini. Tiga Negara tersebut bekerjasama dalam memerangi musuhnya.

Dalam Hubungan Internasional, bisa dijelaskan jika tindakan ekspansionis Negara Jepang tidak dapat dilepaskan dari peran kepemimpinan Jepang saat itu yakni Kaisar Hirohito. Kaisar Hirohito yang merupakan puncak pimpinan Jepang sangat menentukan tindakan negara yang dipimpinnya.

Sedangkan dalam cabang ilmu Psikologi Kejahatan, tindakan pribadi seseorang bisa dijelaskan dengan cara mencari faktor-faktor pendorongnya. Dalam studi kasus Kaisar Hirohito ini, ada beberapa faktor pendorong yang bisa menjelaskan sifat Kaisar Hirohito yang ekspansionis. Yakni diantaranya: determinism factor, faktor lingkungan sosial masa kecil dan sex factor.

Referensi:

http://id.wikipedia.org/wiki/Hirohito diakses pada 20 November 2014

http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/09/hirohito-dewa-yang-luput-dari-eksekusi diakses pada 20 November 2014

http://sosok.kompasiana.com/2013/03/22/kaisar-hirohito-tokoh-pemimpin-militeristik-545127.html diakses pada 20 November 2014

Kaisar Hirohito Sebenarnya Tak Ingin Jepang Memerangi AS dalam BBC Indonesia. Internasional.kompas.com diakses pada 20 November 2014

Yamaoka, Sahachi. 1987. Oda Nabuga, Sang Penakluk dari Owari. Jakarta: Kondansha Ltd.

Sejarah Jepang. Sumber file.upi.edu diakses pada 20 November 2014

Sejarah Pemerintahan Muromachi. Sumber Respository perpustakaan Universitas Sumatera Utara.diakses pada 20 November 2014

Terima kasih atas komentar anda.