Showing posts with label cappuccino. Show all posts
Showing posts with label cappuccino. Show all posts

Jam Tangan (2)

tees.co.id


setelah postingan kemarin tentang fungsi (modus) lain pemakaian jam tangan (1),  beberapa teman ikut urun pendapat pula tentang fungsi dan niatan memakai jam tangan. ada yang menggunakan jam tangan layaknya fungsi kodratinya, 
"jam tangan itu scedhule on. apalagi untuk kita yg multitasking," ungkap diana

iya sih, jam tangan bisa memacu diri untuk menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya. namun, ada pula yang memakai jam tangan dengan modus lain yang unik, bukan tuntutan style atau berhubungan dengan waktu, tapi 
"biar ga kebanyakan ngelamun kalo ujian dan biar ada yang bisa dilirik kalau kelas ngebosenin. lol." pengin tertawa sekenceng-kencengnya liat komentar ayuara ini. "lha mbok jo kusi ngenes ko kuwi to, nak. sampai benda mati, jam tangan, yang bisa mengalihkan lamunanmu dan jadi objek lirikan." 

anyway...
---

sekitar sebulan aku tak memakai jam tangan. berawal ketika bertugas (liputan salah satu majalah) di salah satu kampus yang dipenuhi taruna-taruni. temenku cewek yang ditugasi meliput bareng ketakutan melihat sosok taruna tegap dan gagah dengan balutan baju ketatnya. "kasar," katanya. sementara aku, terkadang, sekilas melihat taruni baris-berbaris seakan melihat deretan barisan masa depan #tsah.
lupakan paragraf di atas. 

setelah wudlu dilanjut sholat dzuhur usai, entah kenapa ini tubuh rasanya jadi seger dan merasa gagah. badan yang biasanya membungkuk jadi lurus, biasanya jalan merunduk pun jadi tegap, mungkin ini yang dinamakan efek pengaruh lingkungan yang dijelaskan saat pelajaran biologi dulu, atau mungkin berlaku hukum aksi-reaksi, entahlah. berada di lingkungan sosial taruna-taruni, tubuh ini secara psikologis ikut-ikutan. 

naasnya, ini nih, yang membuat terlena. setelah sampai parkiran, baru sadar kalau jam yang biasanya melekat di tangan tak ada di tempat semestinya. ku ingat-ingat, “oh iya, mungkin ketinggal saat ambil air wudlu.” maklum, jam kelas rendahan, tidak tahan air, belum dilatih berenang, harus dilepas saat wudlu. 

ku bergegas menuju masjid yang berada di bagian belakang kompleks kampus itu. lari sambil bayangin ngejar layangan putus nostalgia masa kecil di kampung. “ah, sudah tak ada.” ku hela nafas dan berujar dalam benak “mungkin belum jodoh jadi yang terakhir, mungkin bakal segera ketemu yang lebih baik setelah ini.” ketemu jam tangan yang lebih baik maksudnya, jangan pikiran ke mana-mana kamu. jangan baper juga!
...
dua minggu berselang, setelah gajian ...
“mbak, jam tangan yang itu ya mbak.”
“ini?”
“bukan mbak, sebelahnya, yang warna silver.”
“ini mas, silakan coba dulu.” *sambil nyodorin jam tangan pilihanku*
“wis, beres mbak. cocok lah ini. (cocok di kantong maksudnya). tolong potong 5 ruas ya mbak, kelonggaran ini.”
“tunggu bentar ya mas.”
(duh, dipanggil mas sama mbak-mbak penjaga toko jam, rasanya kayak ada manis-manisnya) astaghfirullah.
...

malam itu, sehabis pulang dari Demak, aku tak bisa tidur. muntah-muntah mulai dari tengah malam hingga pagi hari. entah kenapa, mungkin ini gegara kena gerimis, perut belum makan dari siang, ditambah efek dinginnya AC mobil semalaman. seingatku, sepanjang hidup ini yang kedua kalinya aku tumbang muntah-muntah semaleman sejak tragedi di tempat KKN lima bulan silam. kapan-kapan aku ceritakan padamu, iya kamu.

“langsung ke dokter, kali aja keracunan,” sms dari Simak (red, ibu) sehabis subuh.
entah kenapa pagi itu Simak sms, lalu aku cerita kalo muntah-muntah semalaman. biasanya aku tak cerita apa-apa kalo tumbang kayak gini
“paling cuma kelelahan, istirahat dan makan makanan yang lagi dipengini, besoknya sembuh,” batinku

demi bakti orang ke orang tua, yakni mengikuti perintah dan tidak membuat cemas, aku ikuti nasihat itu. ini merupakan pengalaman pertama aku ke dokter, periksa perihal kesehatan untuk diriku sendiri selama merantau di Semarang. pertama kali pula antri di lobi Rumah Sakit, menahan muntah sambil meladeni orang ngobrol. kebetulan orang itu Bapak dari anak didikku yang paling pintar di kelas saat aku jadi Wali Kelas. "rela aku nahan muntah demi kamu pak. iya, kamu bapak dari anak yang sering mewakili sekolah dalam berbagai ajang perlombaan."
...

seminggu berselang dari pengalaman pertama antri untuk periksa diri sendiri yang berakhir di jarum infus. jam tangan yang saat ku beli, lalu minta potong lima ruas agar pas di tangan dan itu pun masih serasa sesak, kini terasa longgar. bahkan, telunjuk dan jari tengah pun bisa diselipin di dalam sabuk jam tangan saat dipakai. saking longgarnya, ini jam tangan berjalan mondar-mandir melewati sendi pergelangan tangan kala dibawa rukuk-i’tidak-sujud-berdiri lagi saat taraweh. jika diestimasi per rokaat jam tangan mondar-mandir dua kali, berarti taraweh 20 rokaat totalnya 40 kali tulang sendi pergelangan tangan ini dilangkahi oleh jam tangan.

mungkin ini salah satu (lagi) kegunaan jam tangan bagiku. sebagai alat kontrol, melihat seberapa pertambahan lemak dalam badan ini yang diwakili tangan. kalo jam tangan serasa sesak, berarti sudah saatnya untuk .... *tetiba lupa mau nulis apa*
---

pengunjung yang baik adalah yang meninggalkan jejak.

Jam Tangan (1)

http://learnersdictionary.com/definition/wristwatch


Era sekarang lumrah orang memakai jam tangan. Selain sebagai aksesoris penunjang agar penampilan menjadi stylis, jangan sampai terlupa, secara kodrati jam tangan sejatinya berfungsi sebagai penunjuk waktu. Pemakai jam tangan akan terkesan sebagai sosok sangat menghargai waktu. Jadwal keseharian tertata rapi dan tidak boleh melenceng dari perencanaan, serta selalu ontime pastinya (walau tidak sepenuhnya benar).

Pemakai jam tangan yang hanya berniat untuk gaya-gayaan memiliki ciri yang khas. Sebelum melihat jam, dia akan mengangkat tangan ke atas atau bahkan ke samping, ke muka temen di sampingnya. Iya, tak lain agar temannya tahu kalo “Ini loh, aku punya jam tangan. Jam tangan mahal loh, tak perlu baterai, bertenaga nuklir.”

Mengesampingkan niat pemakai akan fungsi kodrati jam tangan tersebut, jika kalian menyadari, ada pula kegunaan lain dari benda antik yang konon hasil revolusi dari jam air dan jam pasir jaman peradaban Islam di Persia sana. Mungkin kamu sering menjumpainya tapi tak menyadarinya, bisa saja.
---

A: “Iya, kemarin sore aku dateng telat. Akhirnya tidak mendapat kupon takjil (berbuka puasa).”

B: “Loh, makanya, sore-sore jangan tidur, rasain gak dapat kupon. Kalo aku sih dah tahu masjid yang tak perlu antri. Dateng akhir tak apa, yang penting pas dateng langsung memposisikan diri di deket tempat keluarnya nasi. Di pintu samping kiri, kan nasinya dari situ jalannya. Dijamin dapet duluan. Haha”

A: “Wah, masjid mana itu? Bolehlah berbagi rahasia sesama pejuang (red, pejuang takjil hunter)” *pasang wajah memelas*

B: “Sik sik, jalan menuju masjid lumayan rumit, butuh banyak waktu untuk jelasin.” *sambil lihat jam tangan*

A: “Ya sudah, kamu kayaknya lagi buru-buru. Liat jam mulu dari tadi. Jelasin besok gak apa deh pas di sehabis UAS”

B: *hehe* “Duluan ya, Assalamualaikum bro.” *sambil ngegas motor*

Nah tuh, beberapa kegunaan jam tangan di luar fungsi kodrati. Dengan melirik jam tangan atau pura-pura menanyakan pukul berapa, seakan-akan memberi isyarat “Aku sibuk ini, setelah ini ada acara. Sudah dulu ya.” Trik ini bisa digunakan untuk memotong pembahasan yang tak kunjung usai, bingung mau mengakhirinya, atau bahkan ingin kabur dari pertanyaan yang sulit dijawab (misal memberikan bocoran tempat takjil istimewa :D).

Namun, ingat, tak semuanya orang yang melirik jam tangan atau menanyakan waktu berniat seperti itu. Jangan prasangka buruk dulu. Kali aja memang dia lagi sibuk. Atau memiliki fungsi lain seperti menghilangkan kebosanan misalnya.

Semoga hamba dan keluarga dihindarkan dari kesombongan dan penyalahgunaan atas penggunaan jam tangan, Ya Tuhan.
---

Pembaca yang baik adalah pengunjung yang meninggalkan jejak. Sila berkomentar. :)

Mahasiswa dan bangun pagi

Melanjutkan tulisanku sebelumnya tentang “Bangun pagi itu, relatif”, sekarang aku akan mengajak kamu, iya kamu, para mahasiswa yang notabene kaum pemikir untuk berfikir dan merenung bersama. Ingat, berfikir dan merenung bersama, tanpa berniat menjudge apapun dan siapapun.

Bangun pagi merupakan momok bagi sebagian besar mahasiswa. Sulit benar untuk bangun pagi secara konsisten (betul? Semoga tidak). Mahasiswa terkadang hanya bangun pagi saat  ada jadwal kuliah jam 7 pagi. Kalo jadwal kuliah jam 12 siang ya ntar lah bangunnya, jam 10 aja masih males-malesan lepas bantal guling.

Padahal kebiasaan bangun tidur pagi sangat bermanfaat. Memang, bagi mahasiswa semester muda 1-4 masih belum terasa efeknya. Namun, bagi mahasiswa yang telah berumur akan terasa dampaknya. Bangun pagi ibarat garis start sebelum melaju balapan, berpacu mengejar target tugas akhir atau skripsi beserta revisian dari dosen yang selalu menyertainya. Semoga segera kelar skripsiku, amin….

Kamu mahasiswa muda belum percaya dengan ceritaku (yang notabene mahasiswa berumur). Oke lah, hak kamu untuk percaya atau tidak. Biarkan waktu yang bicara dan mengadilimu jika kebiasaan bangun siangmu belum diubah, hehe

Begini deh biar gampang ilustrasinya. Di saat kamu menginjak semester 5 atau 6, beberapa jurusan mewajibkan (ada yang mengajurkan, ada yang membebaskan) mahasiswa untuk lakukan Magang/Praktik Kerja Lapangan (PKL). Kegiatan ini bertujuan agar mahasiswa merasakan sedikit tentang manis-pahitnya dunia pekerjaan. Tempat magang biasanya punya aturan sendiri-sendiri yang mengatur jadwal kedatangan pemagang. Aku misalnya, saat magang di instansi pemerintah provinsi diberi kelonggaran untuk datang pukul 8 pagi dengan waktu perjalanan 45 menit tanpa menghitungkan resiko macet pakai angkutan umum. Jadi harus berangkat maksimal 7.15. Beda dengan temenku, walau sama-sama magang di instansi pemerintah, dia harus datang jam 7.00 untuk mengikuti apel pagi wajib. Dengan waktu tempuh 30 menit, dia harus berangkat jam 6.30. Kalo macet, ya telat apel, makanya dia berangkat lebih pagi lagi.

Masa-masa magang selesai, lanjut ke semester berikutnya. Semester 7 dan 8 kamu mulai mengambil makul Kuliah Kerja Nyata (KKN). Nah, makul ini lah yang akan mengadilimu berikutnya. Saat KKN, kamu bukan hanya bersinggungan dengan sesama mahasiswa saja, tapi kamu akan dihadapkan dengan hiruk-pikuk dunia masyarakat secara nyata. Apalagi jika ditenjunkan di pedesaan yang notabene tatanan masyarakat dan kepedulian antarwarga masih terjaga, otomatis, check and control masyarakat terhadap mahasiswa KKN masih kuat pula. Bangun siang dikit, masyarakat akan memperbincangkannya dan menyebar, meluas kabarnya.

“Mas, itu temen-temennya kok enggak ikut sarapan. Belum bangun ya?”
“Sudah kok bu, masih pada antri mandi”
Padahal antrinya sambil tergeletak di kasur. Aku terpaksa harus jawab begitu, demi kebaikan bersama kalo kata Pak RT.

Hmmmm…

Begitulah kira-kira sekilas gambaran tentang manfaat bangun pagi semasa kuliah. Seperti yang ku sampaikan di awal tulisan, mari berfikir dan merenung bersama. Merubah kebiasaan untuk bangun pagi terkadang sulit, tapi harus dimulai demi cita-cita bangun keluarga dan bangun negara. Toh, nantinya kebiasaan baik akan berdampak baik pula, bukan?

Bangun pagi itu, relatif

“Aku bangun pagi kok”
“Ha??? Jam 8 baru melek, kamu sebut bangun pagi?”

Memang, masih terjadi perselisihan pendapat tentang definisi bangun pagi.

“Bangun pagi itu jam berapa? Jam 4 dengan jam 6 pagian mana?”
“Ya jam 4”
“Jam 6 dibanding jam 9 pagian mana?”
“Ya pagi jam 6 lah”
“Kalo jam 9 dibanding jam 11 pagian mana? Pasti jam 9 kan?”
“iya”
sambil tertunduk malu

Nah kan, relativitas waktu ternyata ada (kayak teori Einstein aja). Bukan karena waktunya yang relatif, tetapi karena standar orang berbeda-beda.

Standar bangun pagi sesuai dengan norma, pekerjaan, dan kebiasaan lingkungannya. Norma Agama Islam misalnya, bangun pagi menunjukkan bangun sebelum waktu subuh (sekitar pukul 3.50) atau lebih pagi lagi. Bangun setelah subuh dianggap kesiangan.

Para petani padi harus berangkat ke sawah pagi buta. Mengairi tanaman padi tiap hari terutama saat masa padi baru ditanam. Matahari terbit dia sudah pulang dari sawah sambil membawa rumput dua keranjang untuk makan hewan ternak kambing atau sapi.

Koki restoran (warung makan), warung tegal misalnya, harus menyediakan makanan segar pagi-pagi sebelum pelanggan ramai sarapan ria. Ketika aku datang pukul 3.30 pagi, sayur-mayur dan lauk-pauk di warung tegal langgananku sudah pada matang. Jam segitu bisa makan makanan enak yang masih hangat baru angkat dari kompor. Bisa kamu bayangkan, jam berapa koki itu harus bangun untuk memasak begitu banyak makanan yang tertera di daftar menu.

Pekerja kantoran di kota besar yang rawan macet juga tak boleh bangun siang. Pernah suatu kali aku menginap di satu keluarga kantoran yang terletak di Jakarta Timur. Bapak ibu dan anak berangkat pakai satu mobil pukul 5.30 guna menghindari jebakan macet. Sebelum menuju kantor masing-masing, bapak ibu mengantar anak ke sekolah terlebih dahulu.

Guru, presiden, menteri, duta besar, pegawai pemerintah, karyawan MNC, enterpereneur, penyanyi, penyiar berita, wartawan, loper koran, buruh, abang cilok, dan masih banyak sederetan pekerjaan yang menuntut harus bangun pagi dengan artian sekitar pukul 5.00 atau sebelumnya.

“Tangi awan, rejekine dipatok pitik” (Bangun siang, rejekinya dimakan ayam)


Lalu, duhai para calon pemimpi, pemimpi yang memimpikan pekerjaan ideal dan berpenghasilan tinggi, kamu menginginkan pekerjaan apa besok kelak? Siap bangun pagi kan?

KKN dan Pacar, eh Jodoh

Sebagai pemuda, patut lah mengikuti pesan orang tua, termasuk kami mahasiswa semester tua yang bakal terjun ke masyarakat lakukan KKN.

Viral di media sosial bahkan di koran lokal kabar tentang pesan Rektor kampusku, kepada mahasiswa KKN agar tidak mencari pacar (red: calon jodoh) saat KKN demi menjaga nama baik kampus. Salah satu akun medsos menyebut Rektor berkata “Kalau ada yang dapat pacar saat KKN, saya do’akan supaya putus secepat-cepatnya.”

Walau ikut upacara pelepasan tersebut, jujur aku tak berani mengaransi kebenaran kabar tersebut. Apakah itu pesan beliau (red: Rektor) secara serius atau hanya bercandaan. Maklum, Prof  Y merupakan sosok yang ramah dan sering membumbui pembicaraan dengan guyonan renyah guna mencairkan suasana. Serius atau guyonan tergantung konteks pembicaraan dan gaya bahasa dan gaya tubuh saat mengucapkannya. Sedangkan aku tak memperhatikannya.

Terlepas dari benar atau tidaknya kabar tersebut, justru aku mendapat pesan sebaliknya. Pihak jajaran pemangku kebijakan di kecamatan aku ditempatkan justru mengharap ada pemuda-pemudi yang kecantol dengan Mahasiswa KKN. “Kalian datang sejumlah 127, semoga pulang pun sejumlah segitu, tidak kurang suatu apa dengan sehat semua. Syukur-syukur ada pemuda-pemudi sini yang kecantol dengan mas-mbak KKN. Tahun-tahun sebelumnya juga ada.” ujar salah satu perwakilan Kecamatan dalam sambutannya yang disambut tawa riuh mahasiswa KKN Tim I.
-----

“Ya nek misale oleh wong kana ya ora papa. Daripada oleh wong adoh-adoh, mundak ilang. Apa maning nek bocahe ora gelem manggon nang Jambangan. Simak wis tuwo, ora bisa nek tilik adoh-adoh. Temanggung kan cedak seko Bawang-Batang, bisa lah Simak wira-wiri.”

“Lha nek kulo angsale adoh, benten pulau, nek boten malah luar negeri sekalian?”
“Nek gelem manggon nang kene ya ora papa.”

Percakapan via telpon antara anak bungsu dengan Simaknya saat kasih kabar tentang penempatan tempat KKN. Aku sadar, kamu mungkin bingung dengan maksud percakapan itu. Gini deh, aku terjemahin:

“Ya misal kalo kamu dapet gadis sana ya tak apa. Daripada dapet gadis yang rumahnya jauh, ntar hilang. Apalagi kalo dianya gak mau tinggal di Jambangan (nama desaku). Simak (ibu, mama, bunda) dah tua, gak bisa jenguk anak cucu ntar kalo jauh-jauh. Temanggung kan deket dari Bawang-Batang, bisa lah Simak mondar-mandir ke situ,” petuah seorang ibu ke anaknya.

“Lha kalo aku dapatnya jauh, beda pulau, kalo tidak justru luar negeri sekalian?” godaku.

“Ya kalo mau tinggal di sini ya ndak apa,” jawabnya disambut tawa bersama.

-----

Intinya, mari menata hati, luruskan niat dalam ber-KKN. Lalu, kamu punya niat cari jodoh gak?

Lagu, Tari, dan Musik dalam Satu Seni, Gambang Semarang

Empat penari kian kemari / Jalan berlenggang, aduh… / Langkah gayanya menurut suara / Irama gambang//
Sambil bernyanyi, jongkok berdiri / Kaki melintang, aduh… / Sungguh jenaka tari mereka /
Tari berdendang//
Bersuka ria, gelak tertawa / Semua orang / Kar’na hati tertarik gerak-gerik /
Si tukang gendang//
Empat penari membikin hati / Menjadi senang, aduh… / Itulah dia malam gembira / Gambang Semarang//

Begitulah lirik dari lagu Gambang Semarang “Empat Penari” yang diciptakan oleh Oey Yok Siang tahun 1940. Lagu Gambang Semarang sering dimainkan penari dan penyanyi keturunan Tionghoa. Penari berkebaya encim dengan batik ”semarangan”, diiringi kendang, kecrek, suling, bonang, kempul, dan gong, serta alat musik dari bilah-bilah kayu atau yang disebut gambang.Lagu yang didendangkan sangat menyatu dengan tarian yang dilenggokan dengan gemulai sehingga nampak elok. Kekhasan tariannya terletak pada gerak telapak kaki yang berjungkit-jungkit sesuai irama lagu yang lincah dan dinamis.

Uniknya, tidak hanya alat musik Jawa, alat musik Tionghoa pun juga dipergunakan seperti gesek, konghayan atau tohyan.Gambang Semarang menunjukkan pengaruh Tionghoa yang cukup kuat dalam budaya di Kota Semarang.Ini mencerminkan akulturasi budaya Jawa-Tionghoa.

Alklisah, kesenian Gambang Semarang dibawakan oleh kelompok Gambang Kromong yang berasal dari daerah Kedaung, Bulak, Jakarta Selatan.  Kelompok yang berdiri pada tahun 1930-an ini bernama Putri Kedaung dimana ia diawaki oleh Subardi bersama kakak-kakaknya, Sian, Mpok Neni, Mpok Royom, dan Mpok Ira. Kelompok Putri Kedaung ini kemudian hijrah dari Jakarta. Mereka berpindah-pindah mulai dari Bogor, Bandung, Pekalongan dan Weleri, hingga akhirnya, mereka tiba di Semarang. Di kota inilah, kesenian Gambang dikenal dengan sebutan Gambang Semarang.

Gambang Semarang muncul dan mulai berkembang di Semarang dengan bentuk paguyuban yang anggotanya terdiri dari pribumi dan peranakan Tionghoa. Pementasan kebudayaan ini dilakukan di Gedung pertemuan Bian Hian Tiong, Gang Pinggir. Hingga kini, Gambang Semarang lebih sering nampak dalam perayaan-perayaan tertentu seperti dugderan dan festival seni budaya.

Meski demikian, Gambang Semarang terus mengalami pasang surut hingga akhirnya muncul generasi kedua pada tahun 1957. Saat itu, muncul kelompok baru di bawah pimpinan Lie Tik Boen. Ada hal yang membedakan generasi ini dengan generasi sebelumnya, yakni dalam hal penampilan. Penampilan Gambang Semarang pada generasi ini diwarnai dengan irama music melayu, musik pop, juga lagu Mandarin serta Keroncong.

Pada generasi sekarang, kebanyakan masyarakat Kota Semarang pecinta Gambang Semarang, khususnya anak muda, lagu yang paling diingat adalah Empat Penari. Berbeda dengan generasi tua yang lebih mengenal lagu Malu-Malu Kucing. Hingga kini, salah satu kelompok Gambang Semarang yang masih bertahan adalah Sentra Gambang Semarang. Kelompok ini dipimpin oleh Dimyanto Jayadi dan Putra Subardi.

*oleh: Faiz, Maya, dan Klaudia dimuat dalam Newsletter Universitas Diponegoro edisi Pimnas 27 tahun 2014

Undip Lestarikan Pemikiran Gus Dur

Semarang– Komunitas Gusdurian Universitas Diponegoro (Undip) berupaya lestarikan pemikiran Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dengan menggelar kegiatan “Kelas Pemikiran Gus Dur (KPG)” di Kampus Fakultas Ilmu Budaya Undip Semarang, Sabtu-Ahad (13-14/6). Kegiatan ini merupakan kerjasama antara Komunitas Gusdurian Undip dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Budaya Undip.
KPG merupakan upaya untuk melestarikan, menghidupkan, dan melanjutkan pemikiran Gus Dur. Perlu jembatan untuk memahami gagasan Gus Dur yang begitu kompleks yakni dengan cara memberikan pemikiran Gus Dur yang lebih general sebagai pembuka pintu gerbang terhadap pemikiran Gus Dur yang lebih spesifik dan mendalam,” ujar Muhammad Subhan, Koordinator Gusdurian Undip. Harapan dengan diadakan acara ini, peserta dapat memahami pemikiran Gus Dur yang pernah menjadi Ketua PBNU dan Presiden Indonesia. Terutama Sembilan nilai utama Gus Dur yang meliputi ketauhidan, kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, pembebasan, kesederhanaan, persaudaraan, keksatriaan, dan kearifan lokal. “Sehingga pemikiran Gus Dur dapat tetap dilestarikan dan diaplikasikan oleh orang-orang yang selama ini mengikuti pemikiran Gusdur.”
Diskusi tentang pemikiran Gus Dur dari sisi keagamaan dan kebangsaan ini dihadiri oleh putri Gus Dur, Alissa Wahid, yang sekaligus merupakan Koordinator Sekretariat Nasional (Seknas) Gusdurian. KPG terdiri dari enam sesi diskusi yang diikuti oleh 25 peserta dari berbagai daerah seperti Semarang, Tegal, Yogyakarta, Rembang, bahkan Malang. “Peserta yang mayoritas mahasiswa ini sengaja kami batasi, agar kegiatan lebih efektif,” terang Subhan.
“Lewat Kelas Pemikiran Gus Dur ini, saya yakin akan mampu menyebarkan benih-benih toleransi dan pluralisme,” kata Agung Saeputro, peserta KPG asal Semarang. Peserta diajak menuju pemahaman yang lebih luas tentang agama dan bangsa. Sehingga dapat menghadapi kehidupan modern yang dinamis dan mengikis berbagai tendensi dan ketegangan kehidupan majemuk terutama di Indonesia.




*dimuat di Majalah Aula Agustus 2015 edisi khusus Muktamar Nahdlatul Ulama ke-33.
Segera dapatkan di toko majalah atau agen terdekat Kota Anda.




Sawa'un, Kembalian Receh

Bakso sudah lenyap saat tetesan terakhir kuah ku telan. Sendok dijilat sampai benar-benar kering.

"Sampun bu, bade bayar. Bakso lengkap+krupuk setunggal, teh anget" (sudah bu, mau bayar. Bakso lengkap+krupuk satu, teh hangat)
"Wolungewu limangatus" (delapan ribu lima ratus)
"Injih, niki bu" (iya, ini bu) sambil sodorkan uang 10 ribuan
Buka laci berisi uang lalu "recehe wonten Nang?" (recehnya ada Nang?-Nang~>panggilan untuk anak laki-laki yang ganteng)
"Niki wonten gangsal atus" (ini ada lima ratus) dengan harapan nanti kembalian jadi genap, 10.000+500-8.500=2.000.
"Oalah, SAWA'UN, niki ya boten wonten ewon" (oalah, Sama saja, ini juga tidak ada uang ribuan)
Kembalian 2.000 + dua receh 500 disodorkan. -_-
"suwun bu" (terima kasih bu)
Nenteng tas, ambil helm, pergi sambil mikir......
~> Kalimat terakhir, ibunya pakai Bahasa Arab. Maklum penjual bakso pinggir jalan Kota Santri, Kaliwungu-Kendal, lumrah lah campur-campur Bahasa Arab. Mungkin dikira aku santri salah satu pesantren di kompleks agamis ini.Serasa beli bakso di Timur Tengah. :D

Teras Masjid Agung Kaliwungu-Kendal sambil kedinginan (Jum'at Agung, 3 April 2015: 20.55 WIB, Showers 25° C)

Aceh, Kaki Belum Sampai

Tak terasa, Bulan Februari tahun ini akan segera usai.

Akhir tahun 2014 silam, keinginan untuk injakkan kaki di Tanah Rencong yg dianugerahi sebutan Serambi Makkah itu pun membuncah kembali.

Sebulan kemudian, akhir Januari, (seakan) keinginan itu sudah di depan mata. Alhamdulillah dapat kesempatan untuk ikuti kompetisi di kota sepulau dg tanah itu, Medan.

Ku siapkan mental, rencanakan dengan matang akan apa saja yg diperlukan.

Pertengahan Februari terbang ke Medan. Seuasai tugas membawa panji Universitas Diponegoro berlaga di Universitas Sumatera Utara, rencananya langsung lanjutkan mengejar impian, injakkan di Aceh.

Namun, takdir berkata lain atau mungkin takdir menjadwalkan waktu yg berbeda. Aku harus segera pulang ke kota asal, ada amanah yg tak bisa lama-lama ditinggal.

Saat ini belum injakkan kaki di sana, tapi syukur alhamdulillah sudah nambah beberapa kenalan orang asal Aceh (dulunya baru satu orang).

Suatu saat, semoga tercapai impian ini.


Semarang, 27 Februari 2015 : 23.23 WIB

10 Tips Beasiswa Luar Negeri yang Pasti Lolos

Saya menerima komentar atau email setiap hari terkait beasiswa luar negeri. Secara umum mereka bertanya persyaratan atau bahkan tips beasiswa luar negeri. Hasil dari berinteraksi dengan banyak orang itu, saya sudah punya sepuluh tips jitu yang menjamin kamu mendapatkan beasiswa luar negeri. Silakan disimak ya.

#1
Kamu tidak perlu pintar, tidak perlu IP tinggi, tidak perlu aktif organisasi, tidak perlu kreatif, karena basiswa luar negeri itu untuk orang orang biasa yang tidak istimewa. Semua pendaftar yang jumlahnya ribuan itu pasti diterima karena negara pemberi beasiswa tidak punya perhitungan strategis soal jumlah dana beasiswa yang mereka keluarkan. Jangan khawatir.

#2
Kamu tak perlu pintar berbahasa asing karena di luar negeri. Kamu akan menggunakan Bahasa Indonesia. Semua tugas makalah yang menumpuk, presentasi yang tiada henti dan pergaulan sehari hari menggunakan Bahasa Indonesia. Belanja di toko ikan juga menggunakan Bahasa Indonesia. Tidak perlu sibuk belajar Bahasa Inggris. Lebih baik kamu gunakan uang saku untuk beli HP baru, bukan kursus Bahasa Inggris, karena itu jauh lebih penting.

#3
Kamu tak perlu bisa menulis yang baik. Cukup tekun saja menulis di Twitter atau Facebook karena persyaratan essay untuk bisa diterima di perguruan tinggi luar negeri itu cukup 140 karakter saja kok. Tidak perlu belajar menulis yang komprehensif hingga ribuan kata dan mengartikulasikan dengan baik gagasanmu tetang hal hal baru. Kadang cukup dengan hashtag #eaaa atau twit nyinyir, essay kamu akan diterima dan dianggap luar biasa.

#4
Kamu tak perlu mencari sendiri tentang jurusan dan universitas yang tepat karena informasi itu akan datang sendiri ke inbox Facebook-mu, lengkap dengan persyaratan masuk dan rincian proses seleksi. Kadang-kadang Kamu cukup mention seseorang di Twitter lalu tanya persyaratan masuk sebuah perguruan tinggi maka orang itu akan berbaik hati menunda pekerjaannya lalu begadang berjam jam untuk membantu kamu untuk mengumpulkan informasi dengan membaca berlembar lembar petunjuk di website resmi sebuah perguruan tinggi di luar negeri. Tidak usah khawatir, pekerjaan dia memang seperti itu. Kamu tinggal menikmati saja. Tidak usah repot-repot.

#5
Kamu tak perlu belajar membuat CV yang bagus dan kreatif karena format CV bisa diperoleh dengan mudah di internet dan kamu tinggal meniru saja dengan mengganti nama. Petugas seleksi beasiswa tidak akan tahu kalau kamu menyontek format dan model CV karena mereka tidak paham caranya menggunakan Google untuk mengecek keberadaan dokumen di internet. Kamu juga tidak perlu berprestasi dalam hidup karena CV itu bisa dibuat buat seolah olah kamu berprestasi. Tidak akan ada yang tahu, tidak usah terlalu peduli.

#6
Tidak usah membeli buku untuk latihan TOEFL dan IELTS karena Bahasa Inggris. Kamu bisa tiba-tiba bagus hanya dengan menghabiskan waktu bermain online game Berbahasa Inggris. Semua soal TOEFL dan IELTS nanti terkait dengan online game, tidak perlu belajar khusus. Listening dan Reading juga gampang. Tidak ada bacaan panjang yang perlu pemahaman komprehensif, semuanya seperti twit yang pendek pendek dan random.

#7
Beasiswa luar ngeri itu sama dengan uang gratis, dan artinya Kamu tidak akan perlu keluar uang. Jadi tidak usah menabung. Kursus TOEFL tidak perlu, biaya menerjemahkan dokumen tidak perlu, biaya transportasi untuk mengurus administrasi tidak perlu, pengiriman berkas juga tidak perlu biaya sama sekali. Sebaiknya gunakan uang untuk membeli pulsa dan piknik setiap hari karena tanpa itu kamu tak bisa upload foto di Path. Jangan lupa untuk belajar motret yang bagus pakai HP. Itu yang penting.

#8
Jangan habiskan waktu membaca buku petunjuk beasiswa yang tebalnya puluhan atau ratusan halaman. Jika bingung tentang sesuatu, langsung saja email seseorang atau tanya di Twitter. Biarkan orang yang kamu tanya itu yang pusing membaca buku yang tebal itu dan sebentar kemudian dia akan berbaik hati meringkaskan untuk kamu dalam 14O karakter. Tentu saja orang itu akan melakukannya dengan senang hati karena dia pengangguran dan tidak punya kesibukan lain. Dia bahkan bersyukur karena mendapat kepercayaan dari kamu.

#9
Usahakan lebih percaya pada orang dibandingkan website atau buku informasi resmi. Jadi silakan ajukan pertanyaan kepada orang lain seperti “syarat TOEFL berapa”, “apakah ijazah perlu dilegalisir”, “formulir didapat di mana”, “berkas dikirim ke mana”, “dokumen yang dibutuhkan apa saja”. Situs resmi pasti tidak memuat informasi seperti ini karena ini termasuk informasi rahasia yang tidak boleh ditulis di situs resmi. Tanyakan kepada orang yang memiliki kemampuan seperti dukun.

#10
Inilah tips beasiswa luar negeri yang terakhir. Percayalah pada informasi tentang beasiswa yang tertulis di blog atau di forum-forum diskusi atau broadcast BBM karena informasi itu pasti benar. Kamu tak perlu melakukan verifikasi atau pengecekan dengan membaca situs resmi atau menelpon ke penyelenggara beasiswa.

Selamat menerapkan sepuluh tips beasiswa luar negeri di atas dan saya jamin kamu akan mendapatkan beasiswa luar negeri besok sore. Percayalah. Beasiswa itu ibarat durian runtuh. Suatu ketika akan jatuh dari langit dengan cuma-cuma.

*Oleh : Made Andi Arsana, Dosen Teknik Geodesi UGM, mendapatkan beasiswa Master, AusAID, 2004-2006 & Doctor, AusAID, 2008-2014. Banyak menulis tentang Beasiswa Luar Negeri.
Sumber: http://jogjastudent.com/tips-beasiswa-luar-negeri/

Angkat Masalah Ekspor Jawa Tengah, Mahasiswa HI Undip Juarai LKTI Nasional

Mengangkat masalah Ekspor Produk Pertanian Provinsi Jawa Tengah, Mahasiswa Hubungan Internasional Undip berhasil memperoleh Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional mengalahkan tim-tim dari universitas lain se-Indonesia. Event tersebut diselenggarakan oleh Forum Studi Mahasiswa Pengembangan dan Penalaran di Universitas Brawijaya baru-baru ini (23/11).
Delegasi Undip
Faiz Balya Marwan (HI UNDIP 2012), Muhammad Subhan (HI UNDIP 2012), dan Alan Ray Farandy (FEB 2012) berhasil merebut gelar juara pertama pada ajang Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Nasional (LKTIN) GANESA 3 di Universitas Brawijaya (UB) Malang. Dalam event yang diselenggarakan oleh Forum Studi Mahasiswa Pengembangan Penalaran (FORDI MAPELAR) Universitas Brawijaya tersebut, tim HI Undip mengangkat judul “Agricultural Product Distribution Center (APDC) : Sebagai Upaya Peningkatan Perekonomian Petani Melalui Pengoptimalan Distribusi Produk Pertanian (Studi Kasus Provinsi Jawa Tengah)”.
Bersama Sang Juara
Ketua tim, Faiz, mengatakan bahwa penelitian ini berawal dari rasa prihatin terhadap kondisi perekonomian petani di Jawa Tengah. Sektor Pertanian mulai ditinggalkan oleh kawula muda  karena identik dengan kemiskinan. Padahal sebagian besar penduduk Jateng menggantungkan diri pada sektor pertanian. “Sungguh ironis,” ujar Mahasiswa HI yang menjadi staf Departemen Keilmuan dan Analisis HMHI Undip tersebut.
“APDC merupakan hasil dari penelitian kami dilapangan yang menemukan adanya ketidakadilan keuntungan yang didapatkan oleh para petani Indonesia dari transaksi ekspor hasil pertanian. Dengan konsep APDC, kami berharap dapat menjadi jalan bagi semua elemen seperti pemerintah, peneliti, petani, dan swasta untuk bersama-sama membangun pertanian Indonesia” ujar Subhan, salah satu anggota tim. Dengan gagasan yang ditawarkan tersebut, harapannya kesejahteraan petani khususnya di Jawa Tengah akan meningkat dan berimbas pada perekonomian Nasional.
Konferensi Nasional
“Saya bangga atas diraihnya gelar juara pertama pada lomba karya tulis. Mereka telah mengharumkan nama Prodi Hubungan Internasional dan Undip. Dengan prestasi tersebut membuktikan bahwa walaupun HI merupakan prodi yang relatif baru tapi mampu menelurkan mahasiswa-mahasiswa berprestasi,” kata Ketua Program Studi Hubungan Internasional Undip, Tri Cahyo Utomo.

Dimuat dalam portal resmi Hubungan Internasional Undip tanggal 3 Desember 2014.
Contributor : Faiz dan Subhan

“Lupakan Soal Beasiswa, Kamu Pejuang Malas!”

Tentu saja tulisan ini bukan untuk Anda, pembaca yang budiman. Tulisan ini adalah untuk orang yang tidak Anda kenal. Orang yang memiliki keinginan untuk mendapatkan beasiswa luar negeri tetapi tidak sadar kalau dirinya menderita kemalasan stadium tinggi. Saya menyebutnya pejuang malas dengan ciri-ciri seperti ini:

1.     Menanyakan hal-hal yang sebenarnya ada di website atau buku panduan beasiswa. Mereka malas membaca.

2.    Selalu mengatakan ‘tes TOEFL/IELTS mahal banget’ tapi malas menabung dan tetap rajin nongkrong di cafe ;)

3.    Sibuk berpikir caranya lolos beasiswa meskipun tidak memenuhi syarat. Mereka tidak fokus berusaha agar bisa memenuhi syarat. Anehnya, dengan begitu mereka merasa kreatif.

4.    Mudah bertanya “syarat beasiswanya apa saja?” Seakan itu satu rahasia yang tidak ada di website atau buku panduan (terutama jika ditanyakan lewat email ketika penanya memiliki akses internet yang memadai).

5.    Bertanya “jurusan yg cocok buat saya apa ya?” seakan orang lain lebih paham tentang dirinya. Untuk menggali bakat dan minat sendiri saja mereka malas.

6.    Bahkan bertanya “berkas lamaran dikirim ke mana ya?” Seakan itu sandi rahasia yg tabu ditulis di buku panduan.

7.    Menyangka topik penelitian didapat dengan bertanya “tema tesis yg bagus apa ya?” bukan dari membaca penelitian yang sudah ada.

8.    Latihan essay IELTS 250 kata malas sekali tetapi ngetwit nyinyir pada orang bisa dari sore sampe subuh @dipataruno.

9.    Lupa satu hal penting: jika beasiswa bisa didapat dengan cara yang dipakai mereka, berarti semua orang bisa dapat beasiswa.

10. Lupa pertanyaan renungan pejuang beasiswa: “Apa bedanya perjuangan saya dengan pejuang lain dan mengapa saya yang harus terpilih?”

11.  Merasa kursus TOEFL dua juta mahal banget tapi selalu semangat ganti HP baru.

12. Merasa buku IELTS/TOEFL mahal dan lebih baik pinjem sementara tetap kenceng merokok atau rajin ke salon.

13. Semangat gonta ganti lensa kamera tapi selalu berharap dapat buku petunjuk beasiswa tanpa membeli.

14. Bangga membeli tas baru bermerek tapi tidak merasa bersalah membaca buku TOEFL hasil fotokopian.

15. Malu pakai jam tangan imitasi tapi merasa keren bisa download buku TOEFL/IELTS secara ilegal.

Anda tentu tidak memenuhi kriteria di atas karena Anda adalah pejuang hebat. Jika ada orang yang seperti demikian, katakan pada mereka “lupakan soal beasiswa luar negeri karena kamu pejuang malas!”


Dikutip tanpa ubah dari http://madeandi.com/

Semoga bisa me-NAMPAR kita duhai Pejuang Malas…!!


Move on, move on

Apa Alasan Masuk Universitas Diponegoro?

Setiap (Maha)siswa pasti punya alasana tersendiri jika ditanya motif masuk Perguruan Tinggi.
Ini alasanku, mana alasanmu??

"Apa alasan anda untuk masuk Universitas Diponegoro?"
"Simple, dulu aku aku punya opsi dua Perguruan Tinggi (PT) tujuan, satu Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang."

"Kenapa aku milih kedua PT tersebut?"
"Pertama, karena kedua Universitas tersebut Negeri."

"Kenapa harus negeri?"
"Ya katanya sih kalo negri lebih murah, karena ada subsidi pemerintah (dan ini terbukti benar)"
"Kedua, dua Universitas tersebut masih di area Jawa Tengah-Daerah Istimewa Yogyakarta (Jateng-DIY)."

"Apa alasannya milih yg se-regional? tak berani jauh dari orang tua?"
"iya aku mengakuinya, takut jauh sama orang tua. Mereka sudah tak muda lagi. Jika aku terlalu jauh, kasian orang tua saat jenguk anak bungsu yg paling ganteng ini (pyaaar...kaca pecah). Berlaku juga sebaliknya, jika orang tua meminta aku pulang, bisa dengan segera aku penuhi panggilan mereka."

"Ah, itu paling cuma ngeles-nya kamu aja, padahal kamu yg manja kan? takut jauh-jauh sama ortu, biar kalo ada masalah bisa ngadu ke ortu? ngaku aja deh."
"Silakan jika anda berprasangka demikian. Toh walaupun jarak dekat, kenyataannya aku sudah tiga (3) Hari Raya Idul Fitri dan mungkin lebih dari empat (4) kali Hari Raya Idul Adha tak pulang. Bayangkan nasibku ini kayak Bang Toyib (Bang Toyib, lebaran tak pulang-pulang). Sakitnya tuh di sini (Nunjuk mata)."

"Ketiga, pengin aja punya nama ganda di Curriculum Vitae (CV)."

"Kok bisa?"
"iya lah, gini loh mblo. Konon dulu kala dalam cerita Mahabarata, aku sekolah di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Sunan Kalijaga Bawang, lanjut di SMK Diponegoro Banyuputih."

"Apa hubungannya dg nama ganda?"
"lemot banget sih kamu, liat dong ada kemiripan ga' dengan dua universitas pilihanku?"
"oh iya iya, baru konek."

"Jika masuk UIN Sunan Kalijaga, ntar bakal sama dengan MTs Sunan Kalijaga. Jika masuk Universitas Diponegoro, ntar sama dengan SMK Diponegoro."

Dan akhirnya, diterima di Universitas Diponegoro.
Sekarang sudah jadi Mahasiswa Baru Semester 5. (update:semester 8)
Semoga cepet lulus.
Jadi dalam CV ntar ada tulisan "LULUSAN PADEPOKAN PANGERAN DIPONEGORO"

PENDAFTARAN CALON SANTRI BARU PESANTREN MAHASISWA AL-FATTAH TAHUN 2014

TELAH DIBUKA, PENDAFTARAN CALON SANTRI BARU PESANTREN MAHASISWA AL-FATTAH TAHUN 2014.
Fasilitas :
- Lokasi strategis, dekat kampus-kampus ternama di Semarang (Undip, Polines, Poltekkes, dan Unpand)
- Dekat dengan jalur transportasi (angkutan umum)
- Kamar lengkap beserta isinya
- Dapur bersama
- Kamar mandi, air bersih dan berkecukupan
- Aula dan tempat diskusi nyaman
- Tempat parkir
- Dekat dengan masyarakat
- Wifi area
- Semua fasilitas di atas diberikan GRATIS, TANPA DIPUNGUT BIAYA apapun (kecuali wifi dan iuran Rumah Tangga Rp 30ribu/bulan)
Kegiatan:
- Baca Qur'an rutin ba'da sholat subuh
- Kajian kitab kuning (Tauhid, Fiqih, Hadits, Tajwid, Nahwu-Shorof)
- Rebana
- Khitobah
- Maulid Simtudduror
- Dzikir Tahlil bersama warga
- Mengajar TPA (anak-anak warga)
Persyaratan:
- Laki-laki Muslim
- Telah diterima sebagai Mahasiswa S1/D4 (maksimal Semester 3) atau D3 (maksimal semester 1)
- Mengisi form pendaftaran DI SINI
- Foto 3x4 warna 4 lembar
- Mengikuti tes/seleksi masuk
- Membayar uang registrasi 20 ribu.
KUOTA SANGAT TERBATAS, kami akan menerima anda yang benar-benar bersungguh-sungguh.
Pendaftaran dibuka sampai tanggal 16 Agustus 2014
Seleksi tgl 18 Agustus 2014
Materi seleksi : Baca tulis Al-Qur'an, Tajwid, Nahwu, Shorof.
More info : 085713 810335 (Faiz)
Office: Jalan Sumurboto II 10/F, Sumurboto. (Gang seberang Superindo Tembalang)
--Ayo jadilah orang yang bermanfaat bagi orang lain selagi masih muda-- 
----

PERHATIAN: link pendaftaran dan penanggungjawab tiap tahun ganti. Silakan update.

Pindah Pilih, Tiada Dalih untuk Tak Memilih

Tahun 2014, Indonesia menyelenggarakan hajat besar dunia politik, yaitu pesta demokrasi yang diwujudkan melalui pemilihan umum (pemilu). Sayangnya, tidak semua Warga Negara Indonesia (WNI) dapat merayakan pesta demokrasi tersebut di daerah asal mereka. Misalnya, mahasiswa rantau yang tengah menempuh pendidikan di kota orang. Libur satu hari yang diperoleh, tak mampu mengantar mereka pulang ke daerah asal mereka untuk mencoblos. Lantas, apakah mereka tetap bisa ikut merayakan pesta demokrasi tersebut?

KOMISI Pemilihan Umum (KPU) Kota Semarang dan Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Undip bekerjasama mengawal Pileg 2014 yang di­laksanakan serentak di seluruh wilayah In­donesia, Rabu (9/04). Pileg dilangsungkan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Dae­rah (DPRD). BEM KM, melalui Kementerian Sosial dan Politik (Kemensospol), memfasi-litasi mahasiswa rantau yang ingin menggu­nakankan suaranya. Fasilitas tersebut berupa penyediaan posko pindah pilih bagi maha­siswa rantau.

Pindah pilih adalah sarana yang me­mungkinkan mahasiswa memilih di luar dae­rah asalnya. Dalam hal itu, mahasiswa yang bisa melakukan pindah pilih merupakan ma­hasiswa yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tambahan Nasional (DPTN).

Kebijakan KPU
Menurut Peraturan KPU No. 26 Tahun 2013, seseorang yang akan pindah pilih ha­rus menggunakan model surat form A.5-KPU dari PPS asal. Form ini merupakan syarat ma­suk DPTN. Namun, tidak semua orang bisa mendapatkan surat form A.5-KPU dari PPS asal karena berbagai alasan. Maka, keluarlah Surat Edaran KPU No. 127/KPU/III/2014 tanggal 4 Maret 2014 sebagai solusi dari per­masalahan tersebut. Surat edaran itu memuat mekanisme pindah pilih dapat dilakukan tanpa harus ke daerah asal. Mahasiswa cukup meminta model A.5-KPU langsung ke Pani­tia Pemungutan Suara (PPS) domisili saat ini.

Sekitar 60 persen dari 43.700 maha­siswa Undip, yakni sekitar 25 ribu maha­siswa, merupakan mahasiswa rantau. Oleh karena itu, BEM KM mengupayakan agar proses pindah pilih dapat dilakukan secara mudah.

“Peran mahasiswa Undip sendiri dalam menyikapi pindah pilih ini masih tergolong minim. Jumlah mahasiswa yang mengurus pindah pilih hanya sekitar dua ribu, tidak ada sepuluh persen dari 25 ribu mahasiswa ran­tau,” ujar Heri Setiawan, Menteri Sosial dan Politik (Mensospol) BEM KM.

Jumlah mahasiswa yang pindah pilih se­benarnya tidak dibatasi. KPU sudah menye­diakan tiga ribu Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang tersebar di Kota Semarang, de-ngan kuota 50 ribu pemilih pindahan. “TPS di Tembalang ada 300 TPS, artinya dapat menampung kuota sekitar tiga ribu pemilih pindahan,” ujar Heri.

Mahasiswa yang telah melakukan pin­dah pilih, tidak bisa memilih calon wakil rakyat dari daerah asal mereka. Calon wakil rakyat yang dipilih adalah calon wakil rakyat dari daerah tujuan. Dalam hal itu, check and balance antara pemilu eksekutif dan pileg akan terputus.

Heri menuturkan, sebenarnya, tujuan diadakannya pindah pilih ialah untuk mem­fasilitasi agar tingkat partisipasi mahasiswa dalam pemilu tetap tinggi. “Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mahasiswa men­jadi golput (golongan putih, red). Pertama, golput karena faktor ideologis. Mahasiswa yang bersangkutan memang tidak percaya lagi tentang pemilu, parpol (partai politik, red), dan caleg (calon legislatif, red). Kedua, golput administrasi. Mahasiswa tersebut ti­dak bisa pulang ke daerah asal karena ber-bagai alasan,” kata Heri menerangkan.

Pandangan Mahasiswa
“Cara mengurusnya gampang. Tinggal menyerahkan fotokopi Kartu Tanda Pen­duduk (KTP) dan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM), lalu melengkapi data di form yang tersedia. Selanjutnya, kita tinggal datang ke TPS yang ditunjuk dan bisa nyoblos,” ujar Syauqati Sabrina. Menurut mahasiswa Jurus-an Matematika angkatan 2010 asal Medan tersebut, mencoblos bukan hanya kewajiban sebagai warga negara, melainkan merupakan wujud kepedulian terhadap kondisi bangsa.

Berbeda dengan Syauqati, mahasiswa Fakultas Hukum angkatan 2012 yang berasal dari Padang, Fitria Rahmadani, justru tidak bisa mencoblos. “Saya tidak dapat menco-blos di sini karena saya tidak terdaftar dalam DPTN. Hal itu disebabkan karena posisi saya tidak ada di Padang. Sedangkan ketika me-ngurus kepindahan di PPS di sini, saya tidak diperbolehkan memilih karena tidak tercan­tum di DPTN. Mekanisme ini sangat rumit dan membingungkan,” ujar Fitria.
---

Oleh: Anisah Novitarani dan Faiz Balya Marwan
*dimuat dalam Joglo Pos Manunggal EDISI II/ TAHUN XIV/ 25 April - 08 Mei 2014

Sistem Pemilihan SM KM Undip Akan Diubah

Undip akan mengubah sistem pemilihan Senat Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (SM KM) tahun 2015. Sistem kepartaian yang selama ini dipakai akan diganti dengan sistem delegasi. Pembaruan sistem tersebut memungkinkan pemerataan jumlah keterwakilan mahasiswa tiap fakultas di tubuh SM KM.

PADA 2014, sistem yang berlaku dalam pemilihan SM KM adalah demokrasi tertu­tup. Sistem itu menjadikan setiap mahasiswa hanya memilih partai tanpa mengetahui siapa calon senator yang diusung partai tersebut. Selanjutnya, partai akan menentukan kader mereka untuk menduduki posisi di SM KM sesuai jatah kursi yang diperoleh. Akibatnya, mahasiswa tidak dapat meminta pertang­gungjawaban secara langsung dari senator tingkat universitas. Hal itu dijadikan dasar berpikir para mahasiswa yang ada di fakultas ketika mengusulkan pergantian sistem kepar­taian.

Sistem delegasi tersebut telah diba­has dalam rapat tata lembaga di Hotel Salib Putih, Selasa-Rabu (25-26/02). Rapat terse­but merupakan rapat pertama yang dihadiri Pejabat Rektorat Bidang Kemahasiswaan, Ketua SM KM Undip, Presiden Badan Ekse­kutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Undip, Pembantu Dekan III, Ketua SM Fakultas, Presiden BEM masing-masing fakultas, serta perwakilan lima Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Selanjutnya, rapat kedua diadakan di Ruang Sidang Rektorat.

Pembantu Rektor III, Warsito SU, me-ngatakan, selama ini Undip menggunakan sistem partai yang mengakibatkan SM tidak menyalurkan aspirasi mahasiswa secara luas. Menurutnya, SM terkesan hanya menyalur­kan aspirasi dari partai pengusungnya. Lebih lanjut, Warsito menuturkan, hal itu lebih tepat dikatakan sebagai demokrasi yang terkon­taminasi oleh liberalisme dan kapitalisme, bukan lagi demokrasi Pancasila.

Perubahan tata lembaga itu telah diatur dalam Undang-Undang No.12 Tahun 2012 tentang Perguruan Tinggi. Dengan demikian, aturan di Perguruan Tinggi harus menyesuai­kan dan tidak boleh bertentangan. “Tujuan dari perubahan sistem ini supaya ada sinergi antarlembaga,” tutur Warsito.

Sistem Delegasi

Teknis yang digunakan dalam sistem delegasi adalah seluruh SM masing-masing fakultas mendelegasikan dua orang per­wakilan untuk diajukan menjadi anggota senat universitas. Dengan catatan, dua orang tersebut adalah anggota aktif SM fakultas. Dengan demikian, mereka memiliki peran multiamanah, yaitu aktif di senat fakultas dan senat universitas. Penentuan delegasi senat universitas diserahkan sepenuhnya sesuai kebijakan masing-masing fakultas. Seluruh UKM juga memiliki hak untuk mengirimkan lima orang wakilnya di senat universitas.

Undip memiliki sebelas fakultas. Jika masing-masing fakultas diambil dua maha­siswa sebagai perwakilan, maka akan ter­kumpul 22 anggota SM KM. Anggota SM KM juga terdiri dari lima perwakilan dari 43 UKM yang ada di Undip. Dengan demikian, jumlah anggota SM KM menjadi 27 maha­siswa. “Anggota senat berjumlah ganjil ini bukan tanpa tujuan. Kami menghindari ang-ka yang sama saat melakukan voting,” ujar Ketua SM KM, Ihsan Hidayat.

Pro dan Kontra

Beberapa perwakilan SM fakultas me­nyatakan tidak setuju dengan penghapusan sistem kepartaian. Mereka menilai, penggu­naan sistem delegasi merupakan sebuah ke­cacatan. Pasalnya, para delegasi yang terpilih akan menjadi multiamanah, mempunyai tu­gas dan tanggung jawab ganda.

Hal itu memungkinkan adanya ketidak­fokusan dalam melaksanakan salah satu ama­nah. “Perlu dipertanyakan, akan lebih aktif di mana? Senat tingkat fakultas atau senat tingkat universitas?” ujar Ketua SM Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Fikri Delardi. Selain itu, menurutnya, akan ada diskriminasi jumlah keterwakilan masing-masing anggota SM.

Di lain sisi, ada yang mendukung ke­bijakan baru tersebut. “Kebijakan ini akan menyehatkan kembali dan menyelaraskan or­ganisasi mahasiswa,” ujar Ketua SM Fakultas Hukum (FH), Tiopius Endar Bonar. Menurut­nya, pembaruan kebijakan tersebut membuat sistem partai yang cenderung dikuasai ang­gota partai berubah menjadi sistem delegasi yang bebas dan tidak terikat. Lebih lanjut, dia menuturkan, dengan demikian, senat jelas pada fungsinya, sebagai lembaga legislatif yang independen dan dapat mewakili maha­siswa Undip secara keseluruhan. (Faiz dan Joszy)
---

*dimuat dalam Joglo Pos Manunggal EDISI II/ TAHUN XIV/ 25 April - 08 Mei 2014

KMHD Resmi Menjadi UKM

Tahun ini, Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma (KMHD) Undip resmi menjadi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) setelah dikeluarkannya Keputusan Rektor Undip Nomor 79/UN7.P/HK/2014 tentang Pengangkatan Pengurus UKM Undip tahun 2014. Pada awal berdirinya, UKM KMHD merupakan komunitas kecil beranggotakan sepuluh mahasiswa Undip. Mereka membentuk KMHD pada 2012 di Pura Agung Giri Natha, Semarang.

UKM KMHD merupakan satu-satunya UKM berbasis agama Hindu yang ada di Undip. Se­benarnya, ide pembentukan UKM KMHD sudah ada sejak tahun 2010, sekitar dua tahun setelah KMHD terbentuk. Namun, perbedaan jurusan rupanya menjadi kendala tersendiri.

Pada akhir tahun 2013, KMHD meng-ajukan diri untuk menjadi UKM. Made Wira Karisma, Ketua UKM KMHD, menuturkan bahwa UKM ini merupakan wadah untuk memperat kekeluargaan sekaligus sarana tu­kar aspirasi antarmahasiswa pemeluk Agama Hindu di Undip.

Meski baru resmi menjadi UKM di Un­dip, UKM binaan Wayan Sukarya Dilaga ini telah melaksanakan berbagai kegiatan. Mi-salnya, malam keakraban (makrab) dan ber­partisipasi dalam acara yang diselenggarakan Keluarga Mahasiswa Hindu dari berbagai universitas di Pulau Jawa.

Proses Menjadi UKM

Para anggota KMHD menginginkan wadah yang lebih besar, tidak hanya sebatas komunitas. Mereka lantas mengupayakan KMHD menjadi UKM. “Dengan menjadi UKM, secara otomatis kami mempunyai lem­baga yang menaungi. Maka, kami bisa lebih maksimal dalam perekrutan anggota dan ber­bakti kepada masyarakat,” kata I Gusti Krish­na Aditama, salah satu pelopor KMHD yang kini menjabat sebagai Kepala Departemen Humas KMHD.

Khrisna menyebutkan, ada beberapa tahap yang harus dijalani KMHD sebelum menjadi UKM. “Sebelum pengajuan menjadi UKM, sepuluh pelopor KMHD mengumpul­kan data mahasiswa Hindu yang ada di Undip dari angkatan 2009 sampai angkatan 2012. Selanjutnya, kami mengajak mereka dan merapatkan barisan untuk mencapai target resmi menjadi UKM,” terang Khrisna.

Selain itu, KMHD juga mengajukan proposal yang dilampiri dengan kegiatan yang telah dilaksanakan KMHD sejak awal berdiri. “Setelah berupaya semaksimal mung­kin, KMHD resmi menjadi UKM pada tahun 2014,” ujar Wira.

Menurut Purnomo Pujiwati, Kepala Biro Administrasi Kemahasiswaan, ada be­berapa pertimbangan untuk menyetujui usul-an kegiatan mahasiswa sebelum diresmikan menjadi UKM. “Calon UKM merupakan suatu komunitas mahasiswa yang sudah berkegiatan, lebih bagus lagi bila sudah ada prestasi yang diraih,” kata Puji. Selanjutnya, calon UKM menyerahkan berkas pada Pem­bantu Rektor III, yang berisi proposal peng-ajuan UKM baru yang dilampiri laporan ke-giatan yang pernah dilaksanakan serta presta­si yang pernah diraih. “Kemudian, proposal akan dibaca, dievaluasi, dan dipertimbangkan apakah disetujui menjadi UKM atau tidak,” ujarnya menambahkan.

Menurut Puji, Undip akan memberi ru­ang untuk komunitas agama yang dianut ma­hasiswa, termasuk agama Hindu yang meru­pakan salah satu agama resmi di Indonesia. “Sebelumnya, di Undip sudah ada UKM In­dahnya Persaudaraan Islam (Insani) bagi ma­hasiswa beragama Islam, UKM Persekutuan Mahasiswa Kristen Protestan (PMKP) bagi mahasiswa beragama Kristen Protestan, dan UKM Pelayanan Rohani Mahasiswa Katolik Pusat (PRMKP) bagi mahasiswa beragama Katolik. Selayaknya, kami juga memfasilitasi keinginan mahasiswa pemeluk Agama Hindu untuk mendirikan UKM,” ujarnya menerang­kan. (Faiz, Shela)
---

*Dimuat di Joglo Pos Manunggal EDISI I/ TAHUN XIV/ 30 Maret - 13 April 2014

Perempatan Bawang Kulon, Persimpangan Penopang Peradaban

Dulu, perempatan ini yang wajib kami lalui dalam perjalanan menuntut ilmu. Perempatan strategis nan ramai di Bawang, kota kecil di lereng Gunung Prau. Perempatan bertemunya aktor peradaban, persimpangan penopang peradaban dari empat penjuru mata angin

4 (empat) penjuru mata angin tampakkan simbol yang saling mendukung guna terciptanya kemajuan suatu peradaban di Kota Kecil ini. Arah Utara tunjukkan kompleks Sekolah mulai dari Sekolah Dasar (SDN 2 Bawang) dan Sekolah Lanjutan (Mts Sunan Kalijaga dan MA Sunan Kalijaga Bawang). Pendidikan merupakan sektor penting guna menyiapkan kader pemimpin, pengelola Bumi Allah. Tanpa pendidikan, peradaban akan terbelakang dan salah tata kelola (bad governance). Akhirnya, hancurlah peradaban (chaos).

Arah Timur nampak Pasar Lama Bekas Belanda dan terminal transportasi terintegrasi. Inilah jantung suatu peradaban, pemompa denyut nadi kegiatan perekonomian. Bicara ekonomi, bicara hak vital yakni masalah perut. Perut di sini bermakna Kesejahteraan. Jika masyarakat sejahtera, hati akan tentram dan akal (rasio) akan normal. Hubungan vertikal (dengan Tuhan) dan horizontal (sesama manusia) InsyaAllah akan lebih berkualitas.

Arah Selatan terdapat (ibarat) Malaikat Penjaga Kesehatan Masyarakat. Benar, itulah Puskesmas dan Rumah Sakit. Tempat rujukan bagi orang sakit yg butuh akan penanganan medis. Masyarakat berperadaban mengakui medis, bukan (hanya) ke Dukun Gaib.

Arah Barat berdiri megah pusat kajian studi Islam dan kegiatan keagamaan, Masjid Jami' Bawang beserta 2 Pesantren mendampinginya. Pesantren Khotmil/Khafidzul Qur'an (bagi para calon penghatam/penghafal Qur'an). Pesantren Al-Afifiyah, tempat menyelami kedalaman ilmu agama dari sisi Fiqih, Tauhid, Akhlak, dsb. Tidak ketinggalan Kantor Urusan Agama (KUA) juga ada di arah Barat, bagi yg ngebet pengin nikah, monggo... :-)
---

*Ditulis oleh Faiz Marwan saat menunggu bus di Perempatan Bawang Kulon dalam perjalanan menuju Semarang (Bawang, 29 Juni 2014 M bertepatan 1 Ramadhan 1435 H, 15.21 WIB).

HMJ Ilmu Perpustakaan Gelar RKS


 
Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Diponegoro membentangkan spanduk bertuliskan Read Know Share (RKS), sesuai nama acara yang digelar di Lapangan Widya Puraya Undip, Tembalang, Jumat (25/4).
Tembalang, Semarang – Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Diponegoro menggelar “Read Know Share” (RKS) di Lapangan Widya Puraya Undip, Tembalang, Jumat (25/4).

Kegiatan yang merupakan kerjasama antara HMJ Ilmu Perpustakaan dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas se-Undip ini, diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Buku Internasional yang jatuh tiap 23 April.

“Kami menyediakan kotak buku yang diletakkan di masing-masing fakultas. Harapannya, ini dapat memudahkan teman-teman mahasiswa yang ingin mendonasikan buku,” ujar Septiani Puji Rahayu, Ketua Panitia RKS.

“Buku apapun kami terima, asalkan layak baca dan mempunyai nilai manfaat bagi pembaca. Nantinya, buku-buku yang terkumpul akan kami sumbangkan ke perpustakaan Komunitas Semarang dan membuat rumah buku,” katanya menambahkan.

Penamaan acara ini bukan tanpa alasan. Penamaan itu merupakan salah satu upaya membuat tren baru di Indonesia. Septi mengatakan, kebiasaan mahasiswa berbagi uang berganti menjadi berbagi buku. Dengan demikian, minat baca di Indonesia akan meningkat. “Kita harus tingkatkan minat baca.  Hal itu adalah faktor penting Indonesia untuk menjadi negara maju,” ujar Septi menerangkan.

Dimuat dalam Manunggal Cybernews on April 28, 2014