Komunitas dan Raja Kecil

11:49 AM 0 Comments A+ a-

Menurut pandangan saya, (beberapa) manusia (mahasiswa di kampus saya) memang rakus dan mengejar kekuasaan. Manusia ini saya sebut sebagai "oknum". Oknum cenderung lebih suka membentuk "komunitas baru" daripada menapaki jenjang karir dari bawah di komunitas lama. Walaupun kedua (atau lebih) komunitas tersebut sejatinya punya ide, tujuan, dan landasan yg (hampir sama, bahkan bisa dikatakan) sama. Dengan membuat komunitas baru, oknum akan lebih mudah menempati posisi strategis (kekuasaan). Memang menapaki jenjang karir di komunitas lama akan lebih sulit karena berhadapan dg orang-orang lama (yg mungkin lebih pengalaman).

Pada akhirnya, antar komunitas akan saling menarik massa dalam "pasar yg sama". Jika sudah sampai titik ini, defisit kader adalah masalah selanjutnya. Komunitas-komunitas tersebut akan lemah dan terlihat hidup segan mati tak mau. Mungkin masih ada yg membantah prediksi ini dengan menunjukkan besarnya gaung dan ramainya komunitas baru. Saya tantang, buktikan seberapa lama gaung itu bertahan. Jangan hanya "anget-anget tai ayam".

Di akhir tulisan ini, saya ingin mengutip (memakai bahasa saya pribadi) pesan dari Prof. M. Nasir, Menristek Kabinet Kerja, yg ditemui penulis saat masih menjabat sebagai Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Univ. Diponegoro awal tahun 2014. Dan pesan dari Habib Umar Al Mutohar Semarang.

"Janganlah berkeinginan jadi Raja Kecil. Raja di komunitas masing-masing. Komunitas yg sejatinya punya ide, tujuan, dan landasan yg sama. Ojo do iris-irisan (jangan saling mengiris)"

Semoga semakin jaya semua. Niat kita sama-sama baik, mari bersatu, mari berangkulan, jalan beriringan dan saling menguatkan. Tidak harus pakai identitas yg beda.

*Semoga pandangan dan apa yg saya prasangkakan seperti di tulisan ini salah.
---

Semarang, 1 Maret 2015 11:39 WIB.

Di sela-sela Rapat Kerja LPM Manunggal Undip 2015. Walau yg saya bahas bukan tentang Komunitas Pers sih :D

Terima kasih atas komentar anda.